Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil
Anda hanya dekat dengan mereka yang anda
sukai. Dan seringkali anda menghindari orang
yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah
Anda akan mengenal sudut pandang yang baru
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi
pencapaian kecemerlangan hidup yang di
idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa
kesenangan adalah cara gembira menuju
kegagalan
Jangan menolak perubahan hanya karena anda
takut kehilangan yang telah dimiliki, karena
dengannya anda merendahkan nilai yang bisa
anda capai melalui perubahan itu
Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila
anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara
lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan.
Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap
anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong
bila sikap anda salah
Orang lanjut usia yang berorientasi pada
kesempatan adalah orang muda yang tidak
pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi
pada keamanan, telah menua sejak muda
Hanya orang takut yang bisa berani, karena
keberanian adalah melakukan sesuatu yang
ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan
punya kesempatan untuk bersikap berani
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
stress adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang
anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui
mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan
tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan
yang kemudian anda dapat
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara
kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku
seperti orang yang terus memeras jerami untuk
mendapatkan santan
Bila anda belum menemkan pekerjaan yang sesuai
dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan
anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang
yang berbakat
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani
daripada orang kaya yang penakut. Karena
sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa
depan yang akan mereka capai
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita
ketahui, kapankah kita akan mendapat
pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum
kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin.
Dengan mencoba sesuatu yang tidak
mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik
dari yang mungkin anda capai.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup
adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa
mengupayakan pelayanan yang terbaik.
Tetapi jika anda mengutamakan pelayanan yang
baik, maka andalah yang akan dicari uang
Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita
mungkin menua dengan berjalanannya waktu,
tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus
mengubah diri kita sendiri
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan saat muda.
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan
Jumat, 02 Juli 2010
Jumat, 25 Juni 2010
istiqomah
Diriwayatkan oleh Ummu Habibah ra, ia berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Tak seorang pun hamba yang muslim, sholat Lillahi Ta’ala setiap hari dua belas rekaat, sholat sunnah, bukan sholat fardlu, kecuali Allah membangunkan rumah di dalam syurga.”
(Hr. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’y)
Hadits ini memotivasi untuk menegakkan ibadah-ibadah sunnah, karena ibadah sunnah salah satu bentuk taqarrub kepada Allah Ta’ala, sekaligus menjadi bekal kaum ‘arifun dalam menempuh jalan menuju kepada Allah swt. Sekaligus menjadi perilaku kaum yang mengkhususkan (menyendiri) jiwanya di sisi Allah swt.
Anak-anak sekalian! Ketahuilah siapa yang hakikat batinnya menyendiri bersama Allah secara total, dan rahasia sirrnya benar-benar manunggal, akan terbuka seluruh tirai, segala bukti menjadi nyata, ketika musyahadah pada Cahaya Al-Haq Allah swt. Disanalah Allah menuangkan minuman dengan gelas CintaNya, hingga ia mabuk dari lainNya, segalanya menjadi riang nan ringan. Segala diamnya adalah dzikir, nafasnya adalah tasbih, kalamnya adalah penyucian, dan tidurnya adalah sholat (doa). Sang hamba senantiasa menaiki kendaraan ma’rifat, hingga bertemu Yang di-ma’rifati. Bila sudah bertemu, ia abadi selamanya bersamaNya, tidak berpaling ke lainNya.
Qalbu itu ibarat istana, dan ma’rifat adalah rajanya, akal adalah menterinya yang punya department dan instrument. Lisan sebagai penerjemah, sedangkan rahasia batinnya dari khazanah Ar-Rahman. Masing-masing konsisten dengan posisinya, sedangkan arah seluruhnya adalah istiqomahnya sirr bersama Allah swt.
Bila Sirr istiqomah, maka ma’rifat menjadi istiqomah, lalu akal menjadi lurus. Bila akal konsisten, qalbu akan konsisten. Bila qalbu konsisten, jiwa akan konsisten. Bila nafsu konsisten (dalam pengendalian), perilaku batin akan konsisten.Sirr dicahayai oleh Sifat Jamal dan JalalNya. Akal dicahayai oleh cahaya kesadaran dan renungan pelajaran. Qalbu dicahayai oleh cahaya rasa takut dan cinta disertai kontemplasi fikiran. Nafsu dicahayai dengan cahaya olah jiwa dan pengekangan.
Sirr adalah lautan dari samudera anugerah pemberianNya, dan gelombangnya tak terhingga, tiada henti pula.Jika Sirr konsisten bersama Allah swt, maka senantiasa akan abadi dalam musyahadah, dan sirna dari penglihatan pada Istiqomahnya. Perlu diketahui bahwa Jalan Istiqomah (konsistensi) itu laksana tenda agung dari jalan akhirat, dan berjalan di tepinya lebih sulit dibanding jalan di tepian akhirat. Alam rahasia bisa menjadi tipudaya, karena Allah swt tidak suka pada hati hamba yang masih ada cinta pada yang lain selain Dia. Mereka tidak ingin sesuatu dari Allah kecuali Allah.
Dalam sebagaian kitabNya Allah Ta’ala berfirman: “Bila yang kesibukan jiwa hambaKu lebih kepadaKu dibanding yang lain, maka Kujadikan nikmat dan hasrat ada dalam mencintaiKu, dan Aku singkapkan hijab antara diriKu dengan dirinya.”
Ada seseorang sedang masuk dalam tempat Syeikh Sary as-Saqathy, lantas lelaki itu bertanya, “Manakah yang bisa mendekatkan pada Allah Ta’ala, hingga sang hamba bisa mendekat kepadaNya?”
Maka As-Sary menangis, lalu berkata, “Orang seperti anda ini masih bertanya seperti itu?
Yang paling utama cara mendekatkan hamba kepada Allah swt, hendaknya Allah swt, muncul di hatimu, dan anda tidak mau sama sekali pada dunia dan akhirat, kecuali hanya padaNya.”
Ibrahim bin Adham ra. mengatakan, “Puncak dari hasrat dan citaku dalam hubunganku dengan Allah Ta’ala adalah, hendaknya Dia menjadikan diriku condong terus kepadaNya, hingga aku tak memandang apapun selain Dia, dan aku tidak sibuk dengan siapa pun selain sibuk denganNya, aku tak peduli Dia jadikan diriku jadi debu, atau hilang sama sekali.”
Nabi Ibrahim as, pernah ditanya, “Dengan cara apa anda dapatkan keakraban dengan Allah Ta’ala?”
“Dengan memutuskan diriku hanya kepada Tuhanku, dan pilihanku kepadaNya dibanding lainNya, serta aku tidak pernah makan kecuali bersama tamuku.”
Rabi’ah al-Bashriyah ra mengatakan:
“Oh Tuhanku, hasratku di dunia dan di akhirat nanti hanya mengingatmu, dan hasratku di akhirat dari akhirat hanya memandangMu, maka lakukanlah antara keduanya sekehendakMu.”
Abu Yazid al-Bisthamy ra menegaskan, “Rahasia batinku naik menuju Allah swt, lalu terbang dengan sayap ma’rifat dengan cahaya kecerdasan di cakrawala Wahdaniyah (KemahatunggalanNya).
Tiba-tiba nafsu menghadapku dan berkata, “Kemana kau pergi? Akulah nafsumu dan engkau harus bersamaku.” Namun rahasia batinku (sirr) sama sekali tidak menoleh padanya. Kemudian makhluk-makhluk lain menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana kau pergi? Kami adalah teman dan tempat curhatmu, engkau harus bersama kami, demi solidaritas padamu!” Sirrku sama sekali tidak menoleh. Lantas syurga dengan segenap isinya menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana engkau pergi? Engkau itu bagiku dan engkau harus disini denganku.” Maka sirrku sama sekali tidak berpaling. Lalu anugerah dan pemberian menghadapku, begitu juga karomah-karomah, hingga melewati kerajaanNya, sampai pada kemah Fardaniyah (KetunggalanNya), lantas melampaui universalitas dan keakuan, hingga sirrku sampai di hadapan Allah swt. Dialah yang kucari!”
Allah swt berfirman kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa! Sesungguhnya orang yang menjumpaiKu pasti tidak akan kembali dariKu, dan tidak akan kembali kecuali dari Jalan (lurusKu).”
Abul Abbas nin Atha’ ra, mengatakan, “Manakala akhirat muncul dalam diri hamba, dunia menjadi sirna di sisinya, sehingga sang hamba hanya menetap di negeri keabadian. Namun manakala sang hamba berada dalam penyaksian Allah Ta’ala, segala hal selain Allah Ta’ala sirna, dan hamba abadi bersama Allah swt.”
Ada lelaki di hadapan Abu Yazid ra, berkata, “Ada informasi sampai kepadaku bahwa engkau punya Ismul A’dzom, sangat senang jika engkau mengajariku.”Abu Yazid menjawab, “Nama Allah itu tidak terbatas. Namun kosongkan hatimu hanya bagi KemahaesaanNya, meninggalkan berpaling pada selain Allah Ta’ala. Jika anda bisa demikian, raihlah Ism (Nama) mana pun yang kau kehendaki, maka dengan Isim itu anda bisa pergi dari timur hingga barat, dalam sekejap dan anda telah kembali.”
Dzun Nun al-Mishry ra, mengatakan, “Ketika aku naik haji, tiba-tiba ada anak muda mengatakan:
“Oh Tuhanku, aku telah mengumpulkan tebusanMu, dan engkau Maha Tahu, lalu apa yang Engkau berlakukan pada mereka?”
Lalu kudengar suara:
“TebusanKu banyak, dan yang mencariKu sedikit.”
Sebagian Sufi ditanya, “Seberapakah antara Allah swt dan hambaNya?”
“Empat langkah saja: Satu langkah meninggalkan dunia; satu langkah meninggalkan makhluk; satu langkah meninggalkan nafsu; dan satu langkah meninggalkan akhirat, maka sang hamba sudah dihadapan Allah swt.” Jawabnya.
Sarry ra berkata, “Siapa yang bangkit untuk taat kepada Allah Ta’ala tanpa ada yang lain, Allah akan memberi minuman dari matair cinta dariNya, dan dihantar menuju tempat yang benar.
”Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah mengatakan, “Orang arif manakala keluar dari dunia tak ada pemandu maupun penyaksi di hari kiamat, tidak ada Malaikat Ridlwan di syurga, juga tidak ada Malaikat Malik di neraka.Beliau ditanya, “Lalu dimana sang arif di jumpai?”
“Di hadapan Allah Yang Maha Diraja, ditempat yang benar. Ketika mereka bangkit dari kuburnya mereka tidak bertanya-tanya, “Mana keluarga dan anakku? Mana Jibril dan Mikail? Mana syurga dan pahala?” Namun justru berkata, “Manakah Kekasihku dan kemesraan hatiku?”
Qalbu kaum arifin punya mata yang memandang apa yang tak biasa dipandang manusia.
Sedangkan lisannya berkata dengan rahasia batinnya
munajat dari malaikat-malaikat mulia di sisiNya yang mencatat
Sayap-sayap yang terbang tanpa bulu
Hinggap di sisi Rabbul ‘alamin.
Lalu bagai gembalaan di taman suci menari
Dan meminum dari lautan para RasulNya
Para hamba yang menuju kepadaNya
Hingga mendekat, sampai bertemu denganNya.
sufinews.com
“Tak seorang pun hamba yang muslim, sholat Lillahi Ta’ala setiap hari dua belas rekaat, sholat sunnah, bukan sholat fardlu, kecuali Allah membangunkan rumah di dalam syurga.”
(Hr. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’y)
Hadits ini memotivasi untuk menegakkan ibadah-ibadah sunnah, karena ibadah sunnah salah satu bentuk taqarrub kepada Allah Ta’ala, sekaligus menjadi bekal kaum ‘arifun dalam menempuh jalan menuju kepada Allah swt. Sekaligus menjadi perilaku kaum yang mengkhususkan (menyendiri) jiwanya di sisi Allah swt.
Anak-anak sekalian! Ketahuilah siapa yang hakikat batinnya menyendiri bersama Allah secara total, dan rahasia sirrnya benar-benar manunggal, akan terbuka seluruh tirai, segala bukti menjadi nyata, ketika musyahadah pada Cahaya Al-Haq Allah swt. Disanalah Allah menuangkan minuman dengan gelas CintaNya, hingga ia mabuk dari lainNya, segalanya menjadi riang nan ringan. Segala diamnya adalah dzikir, nafasnya adalah tasbih, kalamnya adalah penyucian, dan tidurnya adalah sholat (doa). Sang hamba senantiasa menaiki kendaraan ma’rifat, hingga bertemu Yang di-ma’rifati. Bila sudah bertemu, ia abadi selamanya bersamaNya, tidak berpaling ke lainNya.
Qalbu itu ibarat istana, dan ma’rifat adalah rajanya, akal adalah menterinya yang punya department dan instrument. Lisan sebagai penerjemah, sedangkan rahasia batinnya dari khazanah Ar-Rahman. Masing-masing konsisten dengan posisinya, sedangkan arah seluruhnya adalah istiqomahnya sirr bersama Allah swt.
Bila Sirr istiqomah, maka ma’rifat menjadi istiqomah, lalu akal menjadi lurus. Bila akal konsisten, qalbu akan konsisten. Bila qalbu konsisten, jiwa akan konsisten. Bila nafsu konsisten (dalam pengendalian), perilaku batin akan konsisten.Sirr dicahayai oleh Sifat Jamal dan JalalNya. Akal dicahayai oleh cahaya kesadaran dan renungan pelajaran. Qalbu dicahayai oleh cahaya rasa takut dan cinta disertai kontemplasi fikiran. Nafsu dicahayai dengan cahaya olah jiwa dan pengekangan.
Sirr adalah lautan dari samudera anugerah pemberianNya, dan gelombangnya tak terhingga, tiada henti pula.Jika Sirr konsisten bersama Allah swt, maka senantiasa akan abadi dalam musyahadah, dan sirna dari penglihatan pada Istiqomahnya. Perlu diketahui bahwa Jalan Istiqomah (konsistensi) itu laksana tenda agung dari jalan akhirat, dan berjalan di tepinya lebih sulit dibanding jalan di tepian akhirat. Alam rahasia bisa menjadi tipudaya, karena Allah swt tidak suka pada hati hamba yang masih ada cinta pada yang lain selain Dia. Mereka tidak ingin sesuatu dari Allah kecuali Allah.
Dalam sebagaian kitabNya Allah Ta’ala berfirman: “Bila yang kesibukan jiwa hambaKu lebih kepadaKu dibanding yang lain, maka Kujadikan nikmat dan hasrat ada dalam mencintaiKu, dan Aku singkapkan hijab antara diriKu dengan dirinya.”
Ada seseorang sedang masuk dalam tempat Syeikh Sary as-Saqathy, lantas lelaki itu bertanya, “Manakah yang bisa mendekatkan pada Allah Ta’ala, hingga sang hamba bisa mendekat kepadaNya?”
Maka As-Sary menangis, lalu berkata, “Orang seperti anda ini masih bertanya seperti itu?
Yang paling utama cara mendekatkan hamba kepada Allah swt, hendaknya Allah swt, muncul di hatimu, dan anda tidak mau sama sekali pada dunia dan akhirat, kecuali hanya padaNya.”
Ibrahim bin Adham ra. mengatakan, “Puncak dari hasrat dan citaku dalam hubunganku dengan Allah Ta’ala adalah, hendaknya Dia menjadikan diriku condong terus kepadaNya, hingga aku tak memandang apapun selain Dia, dan aku tidak sibuk dengan siapa pun selain sibuk denganNya, aku tak peduli Dia jadikan diriku jadi debu, atau hilang sama sekali.”
Nabi Ibrahim as, pernah ditanya, “Dengan cara apa anda dapatkan keakraban dengan Allah Ta’ala?”
“Dengan memutuskan diriku hanya kepada Tuhanku, dan pilihanku kepadaNya dibanding lainNya, serta aku tidak pernah makan kecuali bersama tamuku.”
Rabi’ah al-Bashriyah ra mengatakan:
“Oh Tuhanku, hasratku di dunia dan di akhirat nanti hanya mengingatmu, dan hasratku di akhirat dari akhirat hanya memandangMu, maka lakukanlah antara keduanya sekehendakMu.”
Abu Yazid al-Bisthamy ra menegaskan, “Rahasia batinku naik menuju Allah swt, lalu terbang dengan sayap ma’rifat dengan cahaya kecerdasan di cakrawala Wahdaniyah (KemahatunggalanNya).
Tiba-tiba nafsu menghadapku dan berkata, “Kemana kau pergi? Akulah nafsumu dan engkau harus bersamaku.” Namun rahasia batinku (sirr) sama sekali tidak menoleh padanya. Kemudian makhluk-makhluk lain menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana kau pergi? Kami adalah teman dan tempat curhatmu, engkau harus bersama kami, demi solidaritas padamu!” Sirrku sama sekali tidak menoleh. Lantas syurga dengan segenap isinya menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana engkau pergi? Engkau itu bagiku dan engkau harus disini denganku.” Maka sirrku sama sekali tidak berpaling. Lalu anugerah dan pemberian menghadapku, begitu juga karomah-karomah, hingga melewati kerajaanNya, sampai pada kemah Fardaniyah (KetunggalanNya), lantas melampaui universalitas dan keakuan, hingga sirrku sampai di hadapan Allah swt. Dialah yang kucari!”
Allah swt berfirman kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa! Sesungguhnya orang yang menjumpaiKu pasti tidak akan kembali dariKu, dan tidak akan kembali kecuali dari Jalan (lurusKu).”
Abul Abbas nin Atha’ ra, mengatakan, “Manakala akhirat muncul dalam diri hamba, dunia menjadi sirna di sisinya, sehingga sang hamba hanya menetap di negeri keabadian. Namun manakala sang hamba berada dalam penyaksian Allah Ta’ala, segala hal selain Allah Ta’ala sirna, dan hamba abadi bersama Allah swt.”
Ada lelaki di hadapan Abu Yazid ra, berkata, “Ada informasi sampai kepadaku bahwa engkau punya Ismul A’dzom, sangat senang jika engkau mengajariku.”Abu Yazid menjawab, “Nama Allah itu tidak terbatas. Namun kosongkan hatimu hanya bagi KemahaesaanNya, meninggalkan berpaling pada selain Allah Ta’ala. Jika anda bisa demikian, raihlah Ism (Nama) mana pun yang kau kehendaki, maka dengan Isim itu anda bisa pergi dari timur hingga barat, dalam sekejap dan anda telah kembali.”
Dzun Nun al-Mishry ra, mengatakan, “Ketika aku naik haji, tiba-tiba ada anak muda mengatakan:
“Oh Tuhanku, aku telah mengumpulkan tebusanMu, dan engkau Maha Tahu, lalu apa yang Engkau berlakukan pada mereka?”
Lalu kudengar suara:
“TebusanKu banyak, dan yang mencariKu sedikit.”
Sebagian Sufi ditanya, “Seberapakah antara Allah swt dan hambaNya?”
“Empat langkah saja: Satu langkah meninggalkan dunia; satu langkah meninggalkan makhluk; satu langkah meninggalkan nafsu; dan satu langkah meninggalkan akhirat, maka sang hamba sudah dihadapan Allah swt.” Jawabnya.
Sarry ra berkata, “Siapa yang bangkit untuk taat kepada Allah Ta’ala tanpa ada yang lain, Allah akan memberi minuman dari matair cinta dariNya, dan dihantar menuju tempat yang benar.
”Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah mengatakan, “Orang arif manakala keluar dari dunia tak ada pemandu maupun penyaksi di hari kiamat, tidak ada Malaikat Ridlwan di syurga, juga tidak ada Malaikat Malik di neraka.Beliau ditanya, “Lalu dimana sang arif di jumpai?”
“Di hadapan Allah Yang Maha Diraja, ditempat yang benar. Ketika mereka bangkit dari kuburnya mereka tidak bertanya-tanya, “Mana keluarga dan anakku? Mana Jibril dan Mikail? Mana syurga dan pahala?” Namun justru berkata, “Manakah Kekasihku dan kemesraan hatiku?”
Qalbu kaum arifin punya mata yang memandang apa yang tak biasa dipandang manusia.
Sedangkan lisannya berkata dengan rahasia batinnya
munajat dari malaikat-malaikat mulia di sisiNya yang mencatat
Sayap-sayap yang terbang tanpa bulu
Hinggap di sisi Rabbul ‘alamin.
Lalu bagai gembalaan di taman suci menari
Dan meminum dari lautan para RasulNya
Para hamba yang menuju kepadaNya
Hingga mendekat, sampai bertemu denganNya.
sufinews.com
anugrah
Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
'Apabila Allah swt, hendak menampakkan anugerah keutamaanNya padamu, maka Allah menciptakan amal bagimu, dan mengaitkan amal itu kepadamu."
Yakni, Allah menciptkan kemampuan
untukmu untuk beramal dan beribadah dan memberikan pertolongan agar dirimu menuju kepadaNya, bahkan mengembalikan amaliyah itu kepadamu. Allah swt, menciptakan ta’at, dan mengaitkan taat itu kepada kita, memberi pahala kepada kita, padahal seseungguhnya itu tidak layak bagi kita.
Anugerah luar biasa, bagaimana sampai Allah swt, memberikan anugerah itu, seakan-akan itu amal baik dan taat kita, padahal itu semua ciptaan Allah Ta’ala pada kita, bukan ciptaan kita, bukan kreasi dan ikhtiar kita.
Di sinilah Ibnu Athaillah as-Sakandary mengingatkan:
“Tak habis-habisnya engkau mencaci dirimu, manakala semua itu dikembalikan padamu. Dan tidak habis-habisnya pujianmu manakala Allah swt, itu menampakkan kemurahanNya kepadamu.”
Sebab, diri kita, ditinjau dari eksistensi kita yang asli, tak lebih dari wujud kekurangan, wujud keragu-raguan, wujud kehinaan dan wujud kefakiran. Sedangkan jika dipandang dari segi anugerahNya keada kita, maka segalanya adalah wujud kebajikan dan keutamaan.
Begitu pula kelak di akhirat, manakala yang muncul adalah diri kita, maka kita berada dalam timbangan KeadilanNya, lalu menjadi wajar kalau KeadilanNya yang tampak, justru kita semua masuk neraka, apa pun amal dan ibadah yang kita lakukan. Karena dosa itu, sebesar apa pun sesungguhnya bukan menjadi penyebab seseorang masuk neraka. Manusia masuk neraka karena keadilanNya. Dan jika KeadilanNya yang tampil, maka seluruh kebaikan kita tak berarti, karena sesungguhnya bila ditimbang dengan KeadilanNya, amal perbuatan kita, ternyata bukan dari diri kita, bukan produksi dan ciptaan kita, namun ciptaan Allah swt, kehendakNya dan KuasaNya.
Sebaliknya bila yang dimunculkan adalah Anugerah dan RahmatNya, maka seluruh amal kita yang tampak adalah enugerah Ilahi semua, dan di sanalah tiket ke syurga, karena anugerah dan rahmatNya pastilah menyertai perjalanan kita menuju Allah swt. Segala apa pun yang disadari karena bersamaNya, anugerah dan rahmatNya, akan menjadi mudah. Dan sebaliknya apa pun mudahnya kalau kita hanya bersama diri kita, mengandalkan diri dan amal perbuatan kita, pastilah gagal dan mengamali kesulitan luar biasa
sufinews.com
'Apabila Allah swt, hendak menampakkan anugerah keutamaanNya padamu, maka Allah menciptakan amal bagimu, dan mengaitkan amal itu kepadamu."
Yakni, Allah menciptkan kemampuan
untukmu untuk beramal dan beribadah dan memberikan pertolongan agar dirimu menuju kepadaNya, bahkan mengembalikan amaliyah itu kepadamu. Allah swt, menciptakan ta’at, dan mengaitkan taat itu kepada kita, memberi pahala kepada kita, padahal seseungguhnya itu tidak layak bagi kita.
Anugerah luar biasa, bagaimana sampai Allah swt, memberikan anugerah itu, seakan-akan itu amal baik dan taat kita, padahal itu semua ciptaan Allah Ta’ala pada kita, bukan ciptaan kita, bukan kreasi dan ikhtiar kita.
Di sinilah Ibnu Athaillah as-Sakandary mengingatkan:
“Tak habis-habisnya engkau mencaci dirimu, manakala semua itu dikembalikan padamu. Dan tidak habis-habisnya pujianmu manakala Allah swt, itu menampakkan kemurahanNya kepadamu.”
Sebab, diri kita, ditinjau dari eksistensi kita yang asli, tak lebih dari wujud kekurangan, wujud keragu-raguan, wujud kehinaan dan wujud kefakiran. Sedangkan jika dipandang dari segi anugerahNya keada kita, maka segalanya adalah wujud kebajikan dan keutamaan.
Begitu pula kelak di akhirat, manakala yang muncul adalah diri kita, maka kita berada dalam timbangan KeadilanNya, lalu menjadi wajar kalau KeadilanNya yang tampak, justru kita semua masuk neraka, apa pun amal dan ibadah yang kita lakukan. Karena dosa itu, sebesar apa pun sesungguhnya bukan menjadi penyebab seseorang masuk neraka. Manusia masuk neraka karena keadilanNya. Dan jika KeadilanNya yang tampil, maka seluruh kebaikan kita tak berarti, karena sesungguhnya bila ditimbang dengan KeadilanNya, amal perbuatan kita, ternyata bukan dari diri kita, bukan produksi dan ciptaan kita, namun ciptaan Allah swt, kehendakNya dan KuasaNya.
Sebaliknya bila yang dimunculkan adalah Anugerah dan RahmatNya, maka seluruh amal kita yang tampak adalah enugerah Ilahi semua, dan di sanalah tiket ke syurga, karena anugerah dan rahmatNya pastilah menyertai perjalanan kita menuju Allah swt. Segala apa pun yang disadari karena bersamaNya, anugerah dan rahmatNya, akan menjadi mudah. Dan sebaliknya apa pun mudahnya kalau kita hanya bersama diri kita, mengandalkan diri dan amal perbuatan kita, pastilah gagal dan mengamali kesulitan luar biasa
sufinews.com
UBUDIYAH
Jadilah dirimu bergantung pada Sifat-sifat Rububiyah, dan jadilah dirimu mewujudkan sifat-sifat 'ubudiyah"
Kebergantungan terhadap Sifat-sifat Rububiyahnya Allah swt, merupakan perwujudan kehambaan ('ubudiyah), sehingga sang hamba merasakan fana’nya diri dalam perwujudan kehambaannya. Sifat-sifat Rububiyah yang dijadikan gantungan hamba itu
adalah: Sifat Maha Cukup nan Kaya; Sifat Maha Mulia; Sifat Maha Kuasa dan Maha Kuat. Maka dengan Sifat-sifat Rububiyah tersebut, muncullah respon 'Ubidyah atau kehambaannya, yang menjadi kebalikan dari Sifat Rububiyah. Yaitu, sifat faqir, sebagai respon terhadap Maha Cukupnya Allah, sifat hina-dina, sebagai respon hamba terhadap Sifat Maha MuliaNya, dan sifat tak mampu hamba sebagai respon sifat Maha KuasaNya, serta sifat lemah hamba merupakan respon agar bergantung pada Maha KuatNya.
Dalam proses interaksi antara Ubudiyah dan Rububiyah tersebut, seorang hamba kadang-kadang mengalami dua situasi yang berbeda. Terkadang yang muncul adalah Sifat Maha Kaya dan Maha Cukupnya Allah dalam pandangan hamba, terkadang yang muncul adalah sifat fakirnya si hamba kepada Allah swt.
Apabila yang muncul adalah sifat fakirnya si hamba kepada Allah swt, maka sang hamba haruslah kembali untuk berselaras dengan adab
Pertama: Posisi dalam keleluasaan dan dan kemuliaan.
Kedua: Posisi adab dan pengagungan.
Rasulullah saw, pernah memberikan seribu sho' untuk menujukkan betapa Allah Maha Cukup nan Kaya, di satu sisi pun beliau mengikat batu di perutnya untuk menunjukkan sifat butuhnya kepada Allah swt. Pada kondisi pertama beliau menunjukkan betapa butuhnya manusia kepada Allah swt, dan kedua, untuk mendidik ummatnya.
Sepanjang manusia tidak memiliki rasa fakir, hina, tak berdaya, dan lemah, lalu dirinya merasa cukup, mulia, hebat, kuasa dan kuat, maka ia telah terhijab dari Sifat rububiyahnya Allah swt. Dan orang tersebut akan terlempar dari sifat kehambaanya, kemudian jadilah ego dan kesombongannya menguat.
Iblis dan Firaun adalah representasi "keakuan" paling fenomenal yang muncul kekuatannya dari kegelapan. Sifat "keakuan" yang sering dieksplorasi untuk pendidikan manusia modern, pendidikan yang menggiring manusia agar muncul dan eksistensial, sehingga lahir kekuatan-kekuatan adidaya manusia. Dan ketika kekuatan itu benar-benar muncul jadilah dirinya sebagai neo-Iblisian dan Firaunan.
sufinews.com
Kebergantungan terhadap Sifat-sifat Rububiyahnya Allah swt, merupakan perwujudan kehambaan ('ubudiyah), sehingga sang hamba merasakan fana’nya diri dalam perwujudan kehambaannya. Sifat-sifat Rububiyah yang dijadikan gantungan hamba itu
adalah: Sifat Maha Cukup nan Kaya; Sifat Maha Mulia; Sifat Maha Kuasa dan Maha Kuat. Maka dengan Sifat-sifat Rububiyah tersebut, muncullah respon 'Ubidyah atau kehambaannya, yang menjadi kebalikan dari Sifat Rububiyah. Yaitu, sifat faqir, sebagai respon terhadap Maha Cukupnya Allah, sifat hina-dina, sebagai respon hamba terhadap Sifat Maha MuliaNya, dan sifat tak mampu hamba sebagai respon sifat Maha KuasaNya, serta sifat lemah hamba merupakan respon agar bergantung pada Maha KuatNya.
Dalam proses interaksi antara Ubudiyah dan Rububiyah tersebut, seorang hamba kadang-kadang mengalami dua situasi yang berbeda. Terkadang yang muncul adalah Sifat Maha Kaya dan Maha Cukupnya Allah dalam pandangan hamba, terkadang yang muncul adalah sifat fakirnya si hamba kepada Allah swt.
Apabila yang muncul adalah sifat fakirnya si hamba kepada Allah swt, maka sang hamba haruslah kembali untuk berselaras dengan adab
Pertama: Posisi dalam keleluasaan dan dan kemuliaan.
Kedua: Posisi adab dan pengagungan.
Rasulullah saw, pernah memberikan seribu sho' untuk menujukkan betapa Allah Maha Cukup nan Kaya, di satu sisi pun beliau mengikat batu di perutnya untuk menunjukkan sifat butuhnya kepada Allah swt. Pada kondisi pertama beliau menunjukkan betapa butuhnya manusia kepada Allah swt, dan kedua, untuk mendidik ummatnya.
Sepanjang manusia tidak memiliki rasa fakir, hina, tak berdaya, dan lemah, lalu dirinya merasa cukup, mulia, hebat, kuasa dan kuat, maka ia telah terhijab dari Sifat rububiyahnya Allah swt. Dan orang tersebut akan terlempar dari sifat kehambaanya, kemudian jadilah ego dan kesombongannya menguat.
Iblis dan Firaun adalah representasi "keakuan" paling fenomenal yang muncul kekuatannya dari kegelapan. Sifat "keakuan" yang sering dieksplorasi untuk pendidikan manusia modern, pendidikan yang menggiring manusia agar muncul dan eksistensial, sehingga lahir kekuatan-kekuatan adidaya manusia. Dan ketika kekuatan itu benar-benar muncul jadilah dirinya sebagai neo-Iblisian dan Firaunan.
sufinews.com
luar biasa
"Bagaimana hal-hal biasa bisa ditundukkan padamu? Sedangkan anda tidak pernah menundukkan kebiasaan nafsumu?"
Ada ha-hal luar biasa yang biasanya muncul pada para Sufi yang kelak disebut sebagai karomah. Tentu hal yang luar biasa
itu tidak akan pernah muncul selama manusia tidak pernah menundukkan dirinya sendiri, dan karenanya hal-hal biasa juga tak pernah tertundukkan.
Hal yang luar biasa itu justru terletak pada keberanian seseorang untuk mengeluarkan dirinya dari dirinya, sebagaimana pandangan para Sufi, "Hakikatmu adalah keluarmu dari dirimu." Maksudnya kita bisa mengeluarkan hasrat nafsu kita dari diri kita.
Hikmah Ibnu Athaillah ini menyembunyikan rahasia, bahwa hakikat Karomah itu justru pada Istiqomah, dimana istiqomah tersebut tidak bisa diraih sepanjang manusia masih senang dan terkukung oleh kesenangan dan kebiasaan nafsunya.
Karena nafsu adalah hijab, dan wujud nafsu itu adalah rasa "aku" dalam diri kita sendiri.
Seorang Sufi ditanya, "Bagaimana anda sampai mencapai tahap luhur ini?"
"Aku bertauhid dengan tauhid paling utama, dan aku berbakti sebagaimana baktinya budak, serta aku taat kepada Allah swt atas perintahNya, apa yang dilarangNya. Maka setiap aku memohon, Dia selalu memberinya."
Dalam suatu Isyarat, Allah swt, berfirman: "HambaKu, Akulah yang berkata pada sesuatu Kun Fayakuun". Maka taatlah kepadaKu, maka engkau pun berkata pada sesuatu "Jadilah! Maka bakal terjadi!".
Dalam hadits shahih, Allah swt berfirman, "Tak ada orang yang mendekat kepadaKu sebagaimana dekatnya orang yang menunaikan apa yang Aku fardhukan kepada mereka, dan senantiasa hambaKu berdekat padaKu dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai Pendengaran baginya, menjadi Mata, Tangan dan Penguat baginya. Maka bila ia meminta padaKu, Aku pasti memberinya, dan bila ia meminta perlindungan padaKu, Aku pasti melindunginya…."
Menembus batas kebiasaan diri seorang hamba, berarti haruslah punya keberanian untuk menyadari kefanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, doktrin, "Aku bisa, aku mampu, aku hebat, aku kuat, aku berdaya…dsb…" Apalagi disertai dengan kata-kata, "Dariku, denganku, untukku, demiku, bagiku, bersandar aku…dsb," justru semakin mempertebal lapisan hijab demi hijab antara hamba dengan Allah swt.
Orang yang meraih karomah, pasti sirna dari keakuannya. Orang yang mendapatkan hal-hal luar biasa, justru fana' seluruh egonya. Dan sebaliknya jika kesirnaan aku dan egonya tidak terjadi, maka hal-hal yang luar biasa tidak lebih dari Istidroj yang melemparkan dirinya dari Allah Ta'ala.
sufinews.com
Ada ha-hal luar biasa yang biasanya muncul pada para Sufi yang kelak disebut sebagai karomah. Tentu hal yang luar biasa
itu tidak akan pernah muncul selama manusia tidak pernah menundukkan dirinya sendiri, dan karenanya hal-hal biasa juga tak pernah tertundukkan.
Hal yang luar biasa itu justru terletak pada keberanian seseorang untuk mengeluarkan dirinya dari dirinya, sebagaimana pandangan para Sufi, "Hakikatmu adalah keluarmu dari dirimu." Maksudnya kita bisa mengeluarkan hasrat nafsu kita dari diri kita.
Hikmah Ibnu Athaillah ini menyembunyikan rahasia, bahwa hakikat Karomah itu justru pada Istiqomah, dimana istiqomah tersebut tidak bisa diraih sepanjang manusia masih senang dan terkukung oleh kesenangan dan kebiasaan nafsunya.
Karena nafsu adalah hijab, dan wujud nafsu itu adalah rasa "aku" dalam diri kita sendiri.
Seorang Sufi ditanya, "Bagaimana anda sampai mencapai tahap luhur ini?"
"Aku bertauhid dengan tauhid paling utama, dan aku berbakti sebagaimana baktinya budak, serta aku taat kepada Allah swt atas perintahNya, apa yang dilarangNya. Maka setiap aku memohon, Dia selalu memberinya."
Dalam suatu Isyarat, Allah swt, berfirman: "HambaKu, Akulah yang berkata pada sesuatu Kun Fayakuun". Maka taatlah kepadaKu, maka engkau pun berkata pada sesuatu "Jadilah! Maka bakal terjadi!".
Dalam hadits shahih, Allah swt berfirman, "Tak ada orang yang mendekat kepadaKu sebagaimana dekatnya orang yang menunaikan apa yang Aku fardhukan kepada mereka, dan senantiasa hambaKu berdekat padaKu dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai Pendengaran baginya, menjadi Mata, Tangan dan Penguat baginya. Maka bila ia meminta padaKu, Aku pasti memberinya, dan bila ia meminta perlindungan padaKu, Aku pasti melindunginya…."
Menembus batas kebiasaan diri seorang hamba, berarti haruslah punya keberanian untuk menyadari kefanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, doktrin, "Aku bisa, aku mampu, aku hebat, aku kuat, aku berdaya…dsb…" Apalagi disertai dengan kata-kata, "Dariku, denganku, untukku, demiku, bagiku, bersandar aku…dsb," justru semakin mempertebal lapisan hijab demi hijab antara hamba dengan Allah swt.
Orang yang meraih karomah, pasti sirna dari keakuannya. Orang yang mendapatkan hal-hal luar biasa, justru fana' seluruh egonya. Dan sebaliknya jika kesirnaan aku dan egonya tidak terjadi, maka hal-hal yang luar biasa tidak lebih dari Istidroj yang melemparkan dirinya dari Allah Ta'ala.
sufinews.com
amalan
Kalau bukan karena indahnya tutupnya Allah swt, maka tak satu pun amal diterima.”Kenapa demikian? Sebab nafsu manusia senantiasa kontra dengan kebajikan, oleh sebab itu jika mempekerjakan nafsu, haruslah dikekang dari sifat atau karakter aslinya.
Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9)
Nafsu, ketika masuk dalam kinerja amaliah, sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat, maka yang terproduksi nafsu dalam beramal senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai sempurna, nafsu masih terus meminta imbal balik, dan menginginkan tujuan tertentu, sedangkan amal itu inginnya malah ikhlas. Jadi seandainya sebuah amal diterima semata-mata bukan karena amal ansikh, tetapi karena karunia Allah Ta’ala pada hambaNya, bukan karena amalnya.
Abu Abdullah al-Qurasyi ra mengatakan, “Seandainya Allah menuntu ikhlas, maka semua amal mereka sirna. Bila amal mereka sirna, rasa butuhnya kepada Allah Ta’ala semakin bertambah, lalu mereka pun melakukan pembebasan dari segala hal selain Allah swt, apakah berupa kepentingan mereka atau sesuatu yang diinginkan mereka.”
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Anda lebih butuh belas kasihan Allah swt, ketika anda sedang melakukian taat, dibanding rasa butuh belas kasihNya ketika anda melakukan maksiat.” Kebanyakan manusia memohon belas kasihan kepada Allah Ta’ala justru ketika ia menghadapi maksiat, dan merasa aman ketika bisa melakukan taat ubudiyah. Padahal justru yang lebih dibutuhkan manusia adalah Belas Kasih Allah ketika sedang taat. Karena ketika sedang taat, para hamba sangat rawan “taat nafsu”, akhirnya seseorang terjebak dalam ghurur, atau tipudaya dibalik amaliyahnya sendiri.
Rasulullah saw, bersabda:
“Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi dari para NabiNya: “Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang tergolong shiddiqun, jangan sampai mereka tertimpa tipudaya. Sebab Aku, bila menegakkan keadilanKu dan kepastian hukumKu kepada mereka, Aku akan menyiksa mereka, tanpa sedikit pun aku menzalimi mereka. Dan katakanlah kepada hambaKu yang ahli dosa, janganlah mereka berputus asa, sebab tak ada dosa besar bagiKu manakala Aku mengampuninya.”
Bahkan Abu Yazid al-bisthami ra mengatakan: “Taubat dari maksiat bisa sekali selesai, tetapi taubat karena taat bisa seribu kali pertaubatan.”
Mengapa kita harus lebih waspada munculnya dosa dibalik taat? Karena nafsu dibalik maksiat itu jelas arahnya, namun nafsu dibalik taat sangat lembut dan tersembunyi.
Diantara nafsu dibalik taat yang menimbulkan dosa dan hijab antara lain:
1. Mengandalkan amal ibadahnya, lupa kepada Sang Pencipta amal.
2. Bangga atas prestasi amalnya, lupa bahwa yang menggerakkan amal itu bukan dirinya, tetapi Allah swt.
3. Selalu mengungkit ganti rugi, dan banyak tuntutan dibalik amalnya.
4. Mencari keistemewaan amal, hikmah dibalik amal, lupa pada tujuan amalnya.
5. Merasa lebih baik dan lebih hebat dibanding orang yang belum melakukan amaliyah seperti dirinya.
6. Seseorang akan kehilangan kehambaannya, karena merasa paling banyak amalnya.
7. Iblis La’natullah terjebak dalam tipudayanya sendiri, karena merasa paling hebat amal ibadahnya.
8. Menjadi sombong, karena ia berbeda dengan umunya orang.
9. Yang diinginkan adalah karomah-karomah amal.
10. Ketika amalnya diotolak ia merasa amalnya diterima.
sufinews.com
Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9)
Nafsu, ketika masuk dalam kinerja amaliah, sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat, maka yang terproduksi nafsu dalam beramal senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai sempurna, nafsu masih terus meminta imbal balik, dan menginginkan tujuan tertentu, sedangkan amal itu inginnya malah ikhlas. Jadi seandainya sebuah amal diterima semata-mata bukan karena amal ansikh, tetapi karena karunia Allah Ta’ala pada hambaNya, bukan karena amalnya.
Abu Abdullah al-Qurasyi ra mengatakan, “Seandainya Allah menuntu ikhlas, maka semua amal mereka sirna. Bila amal mereka sirna, rasa butuhnya kepada Allah Ta’ala semakin bertambah, lalu mereka pun melakukan pembebasan dari segala hal selain Allah swt, apakah berupa kepentingan mereka atau sesuatu yang diinginkan mereka.”
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Anda lebih butuh belas kasihan Allah swt, ketika anda sedang melakukian taat, dibanding rasa butuh belas kasihNya ketika anda melakukan maksiat.” Kebanyakan manusia memohon belas kasihan kepada Allah Ta’ala justru ketika ia menghadapi maksiat, dan merasa aman ketika bisa melakukan taat ubudiyah. Padahal justru yang lebih dibutuhkan manusia adalah Belas Kasih Allah ketika sedang taat. Karena ketika sedang taat, para hamba sangat rawan “taat nafsu”, akhirnya seseorang terjebak dalam ghurur, atau tipudaya dibalik amaliyahnya sendiri.
Rasulullah saw, bersabda:
“Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi dari para NabiNya: “Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang tergolong shiddiqun, jangan sampai mereka tertimpa tipudaya. Sebab Aku, bila menegakkan keadilanKu dan kepastian hukumKu kepada mereka, Aku akan menyiksa mereka, tanpa sedikit pun aku menzalimi mereka. Dan katakanlah kepada hambaKu yang ahli dosa, janganlah mereka berputus asa, sebab tak ada dosa besar bagiKu manakala Aku mengampuninya.”
Bahkan Abu Yazid al-bisthami ra mengatakan: “Taubat dari maksiat bisa sekali selesai, tetapi taubat karena taat bisa seribu kali pertaubatan.”
Mengapa kita harus lebih waspada munculnya dosa dibalik taat? Karena nafsu dibalik maksiat itu jelas arahnya, namun nafsu dibalik taat sangat lembut dan tersembunyi.
Diantara nafsu dibalik taat yang menimbulkan dosa dan hijab antara lain:
1. Mengandalkan amal ibadahnya, lupa kepada Sang Pencipta amal.
2. Bangga atas prestasi amalnya, lupa bahwa yang menggerakkan amal itu bukan dirinya, tetapi Allah swt.
3. Selalu mengungkit ganti rugi, dan banyak tuntutan dibalik amalnya.
4. Mencari keistemewaan amal, hikmah dibalik amal, lupa pada tujuan amalnya.
5. Merasa lebih baik dan lebih hebat dibanding orang yang belum melakukan amaliyah seperti dirinya.
6. Seseorang akan kehilangan kehambaannya, karena merasa paling banyak amalnya.
7. Iblis La’natullah terjebak dalam tipudayanya sendiri, karena merasa paling hebat amal ibadahnya.
8. Menjadi sombong, karena ia berbeda dengan umunya orang.
9. Yang diinginkan adalah karomah-karomah amal.
10. Ketika amalnya diotolak ia merasa amalnya diterima.
sufinews.com
adab
Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik"
Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab
yang baik terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah Ta'ala.
Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, karena dengan adab itulah ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman: "Agar Allah menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya." (Al-Kahfi: 7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak suksesnya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.
Rasulullah saw, bersabda: "Taqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebajikan, sehingga keburukan terhapus. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (Hr. Imam Ahmad, dan At-Tirmidzy).
Seluruh proses adab itu adalah menuju keserasian dengan sifat-sifatNya, dan inilah yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu Athaillah:
"Tak ada yang lebih penting untuk anda cari disbanding rasa terdesak, dan tidak ada yang lebih mempercepat anugerah padamu ketimbang rasa hina dan rasa faqir padaNya."
Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang membuat anda terus kembali kepada Allah swt tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan rasa tersebut muncul. Dan sebaik-baik waktu tentu saja, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Atyhaillah dalam Al-Hikam pula adalah waktu dimana anda menyaksikan sifat butuh anda kepada Allah, dan dikembalikan pada wujud hinamu di hadapanNya.
Para sufi sering bersyair:
Adab sang hamba adalah rasa hinanya
Sang hamba tak pernah meninggalkan adab
Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.
Hajat manusia bertingkat-tingkat, Ada hajat dunianya, ada hajat akhiratnya, ada hajat meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada Allah swt, saja.
Tentu hajat tertinggi adalah menuju dan wushul kepada Allah Ta'ala, dan itu semua harus diraih dengan rasa butuh yang sangat, rasa hina dan fakir. Kepada Allah ta'ala.
Pernah dikatakan kepada Abu Yazid, "Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan rasa bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau harus datang dengan rasa hina dan butuh."
Diantara makna berguna dari rasa butuh itu adalah:
1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta'ala secara total,
2) Menghadap Allah dengan total pula,
3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa membuat pengakuan sedikit pun.
Tiga hal yang merupakan jumlah kebajikan dan kesempurnaan.
sufinews.com
Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab
yang baik terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah Ta'ala.
Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, karena dengan adab itulah ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman: "Agar Allah menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya." (Al-Kahfi: 7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak suksesnya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.
Rasulullah saw, bersabda: "Taqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebajikan, sehingga keburukan terhapus. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (Hr. Imam Ahmad, dan At-Tirmidzy).
Seluruh proses adab itu adalah menuju keserasian dengan sifat-sifatNya, dan inilah yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu Athaillah:
"Tak ada yang lebih penting untuk anda cari disbanding rasa terdesak, dan tidak ada yang lebih mempercepat anugerah padamu ketimbang rasa hina dan rasa faqir padaNya."
Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang membuat anda terus kembali kepada Allah swt tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan rasa tersebut muncul. Dan sebaik-baik waktu tentu saja, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Atyhaillah dalam Al-Hikam pula adalah waktu dimana anda menyaksikan sifat butuh anda kepada Allah, dan dikembalikan pada wujud hinamu di hadapanNya.
Para sufi sering bersyair:
Adab sang hamba adalah rasa hinanya
Sang hamba tak pernah meninggalkan adab
Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.
Hajat manusia bertingkat-tingkat, Ada hajat dunianya, ada hajat akhiratnya, ada hajat meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada Allah swt, saja.
Tentu hajat tertinggi adalah menuju dan wushul kepada Allah Ta'ala, dan itu semua harus diraih dengan rasa butuh yang sangat, rasa hina dan fakir. Kepada Allah ta'ala.
Pernah dikatakan kepada Abu Yazid, "Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan rasa bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau harus datang dengan rasa hina dan butuh."
Diantara makna berguna dari rasa butuh itu adalah:
1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta'ala secara total,
2) Menghadap Allah dengan total pula,
3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa membuat pengakuan sedikit pun.
Tiga hal yang merupakan jumlah kebajikan dan kesempurnaan.
sufinews.com
Rabu, 23 Juni 2010
menahan nafsu
Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian
Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.
Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.
Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.
Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.
Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.
Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.
Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik.
Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.
sufinews.com
Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.
Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.
Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.
Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.
Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.
Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.
Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik.
Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.
sufinews.com
SANTUN & PEMAAF
Kesantunan adalah penutup yang menutupi, sedangkan akal adalah pedang yang tajam. Maka, tutupilah kekurangan perangaimu dengan kesantunanmu, dan perangilah nafsumu dengan akalmu.
Kesantunan adalah perangai yang utama.
Kesantunan adalah keluarga.
Ada kalanya suatu kalimat ditelan (tidak jadi diucapkan) oleh seorang yang santun karena khawatir dampak keburukan darinya, dan cukuplah kesantunan itu sebagai penolong.
Seandainya engkau bukan seorang yang santun, maka jadikanlah dirimu seperti orang yang santun. Sebab, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, hampir-hampir dia termasuk golongan mereka.
Orang yang paling utama maafnya adalah orang yang paling kuasa membalas.
Maafkanlah orang yang menzalimimu.
Sesungguhnya Allah ingin agar kekhilafan orang yang murah hati dimaafkan.
Maafkanlah kesalahan manusia, dan janganlah engkau mengadukan kesalahan siapa pun yang engkau sendiri tidak menyukainya.
Maaf diberikan kepada orang yang mengakui kesalahan, bukan kepada orang yang terus-menerus melakukan kesalahan.
Janganlah engkau mempermalukan wajah orang yang meminta maaf dengan mencelanya.
Permintaan maaf menjadi rusak di tangan seorang yang tercela, sama dengan baiknya ia di tangan orang yang mulia.
Biasakanlah dirimu dengan toleransi.
Terimalah permintaan maaf orang yang meminta maaf kepadamu.
sufinews.com
Kesantunan adalah perangai yang utama.
Kesantunan adalah keluarga.
Ada kalanya suatu kalimat ditelan (tidak jadi diucapkan) oleh seorang yang santun karena khawatir dampak keburukan darinya, dan cukuplah kesantunan itu sebagai penolong.
Seandainya engkau bukan seorang yang santun, maka jadikanlah dirimu seperti orang yang santun. Sebab, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, hampir-hampir dia termasuk golongan mereka.
Orang yang paling utama maafnya adalah orang yang paling kuasa membalas.
Maafkanlah orang yang menzalimimu.
Sesungguhnya Allah ingin agar kekhilafan orang yang murah hati dimaafkan.
Maafkanlah kesalahan manusia, dan janganlah engkau mengadukan kesalahan siapa pun yang engkau sendiri tidak menyukainya.
Maaf diberikan kepada orang yang mengakui kesalahan, bukan kepada orang yang terus-menerus melakukan kesalahan.
Janganlah engkau mempermalukan wajah orang yang meminta maaf dengan mencelanya.
Permintaan maaf menjadi rusak di tangan seorang yang tercela, sama dengan baiknya ia di tangan orang yang mulia.
Biasakanlah dirimu dengan toleransi.
Terimalah permintaan maaf orang yang meminta maaf kepadamu.
sufinews.com
MUTIARA
Rasulullah saw. bersabda:
Orang yang memandang rendah lima Manusia
ia merugi akan lima hal
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama
memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanya
dan memandang rendah Keluarga,
rugi akan harmonisnya
Rasulullah saw. bersabda:
Akan datang suatu masa
dimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur
cinta harta benda, lupa hisab amalnya
cinta anak istri, lupa bidadari
dan cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi
Rasulullah saw. bersabda:
Allah berikan lima upaya
dan disediakan-Nya imbalan lima
Allah ajari insan bersyukur
dan Dia berikan tambahan makmur
Allah ajari insan berdoa
dan Dia jamin akan ijabahnya
Allah ajari insan bertobat
dan Dia jamin diterima tobatnya
Allah ajari insan istighfar
dan Dia sediakan pengampunannya
Allah ajari insan berderma
dan Dia bersedia membalas dermanya
Abu Bakar r.a. berkata:
Ada lima kegelapan dan lima penerangnya
Kegelapan pertama cinta harta,
penerangnya dengan bertakwa
Kegelapan kedua laku maksiat,
penerangnya dengan bertobat
Kegelapan ketiga di alam kubur,
penerangnya dengan berdzikir
Kegelapan keempat alam akhirat,
penerangnya dengan bertaat
Kegelapan kelima jembatan shirath
penerangnya dengan i’tiqad
Umar r.a. berkata:
Ada lima golongan penghuni surga
Orang fakir yang menanggung hidup keluarga
Istri yang disayang oleh suaminya
Anak yang diridhai kedua orangtuanya
Calon istri yang mendermakan mahar kepada suaminya
dan orang mukmin yang selalu bertobat pada Tuhannya
Utsman r.a. berkata:
Tanda-tanda orang bertakwa,
ialah suka berteman insan beriman
mampu mengendalikan farji dan lisan
memandang kesukseksan sebagai suatu cobaan
memandang cobaan sebagai sebuah keberuntungan
dan mampu menjaga diri dari berlebih-lebihan
Ail r.a. berkata:
Seluruh manusia akan menjadi saleh
jika saja tak ada lima masalah
Tak ada kerelaan atas kebodohan
Tak ada keserakahan atas kekayaan
Tak ada rasa bakhil atas hartawan
Tak ada sifat riya’ bagi insan beriman
dan tak ada ilmuwan yang mendewakan karya pemikiran
Jumhur ulama menyatakan:
Allah muliakan Nabi akhir zaman
dengan lima macam keutamaan
tentang penyebutan, tentang anggota badan
tentang pemberian, tentang kekeliruan
dan tentang kerelaan
Perihal pertama, Allah tidak memanggilnya berdasar nama
perihal kedua, Allah Sendiri Yang ijabahi pintanya
perihal ketiga, Allah memberinya tanpa ia meminta
perihal keempat, Allah telah mengampuninya sebelum ia berbuat dosa
perihal kelima, Allah selalu menerima apa pun pemberiannya
SUFINEWS.COM
Orang yang memandang rendah lima Manusia
ia merugi akan lima hal
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama
memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanya
dan memandang rendah Keluarga,
rugi akan harmonisnya
Rasulullah saw. bersabda:
Akan datang suatu masa
dimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur
cinta harta benda, lupa hisab amalnya
cinta anak istri, lupa bidadari
dan cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi
Rasulullah saw. bersabda:
Allah berikan lima upaya
dan disediakan-Nya imbalan lima
Allah ajari insan bersyukur
dan Dia berikan tambahan makmur
Allah ajari insan berdoa
dan Dia jamin akan ijabahnya
Allah ajari insan bertobat
dan Dia jamin diterima tobatnya
Allah ajari insan istighfar
dan Dia sediakan pengampunannya
Allah ajari insan berderma
dan Dia bersedia membalas dermanya
Abu Bakar r.a. berkata:
Ada lima kegelapan dan lima penerangnya
Kegelapan pertama cinta harta,
penerangnya dengan bertakwa
Kegelapan kedua laku maksiat,
penerangnya dengan bertobat
Kegelapan ketiga di alam kubur,
penerangnya dengan berdzikir
Kegelapan keempat alam akhirat,
penerangnya dengan bertaat
Kegelapan kelima jembatan shirath
penerangnya dengan i’tiqad
Umar r.a. berkata:
Ada lima golongan penghuni surga
Orang fakir yang menanggung hidup keluarga
Istri yang disayang oleh suaminya
Anak yang diridhai kedua orangtuanya
Calon istri yang mendermakan mahar kepada suaminya
dan orang mukmin yang selalu bertobat pada Tuhannya
Utsman r.a. berkata:
Tanda-tanda orang bertakwa,
ialah suka berteman insan beriman
mampu mengendalikan farji dan lisan
memandang kesukseksan sebagai suatu cobaan
memandang cobaan sebagai sebuah keberuntungan
dan mampu menjaga diri dari berlebih-lebihan
Ail r.a. berkata:
Seluruh manusia akan menjadi saleh
jika saja tak ada lima masalah
Tak ada kerelaan atas kebodohan
Tak ada keserakahan atas kekayaan
Tak ada rasa bakhil atas hartawan
Tak ada sifat riya’ bagi insan beriman
dan tak ada ilmuwan yang mendewakan karya pemikiran
Jumhur ulama menyatakan:
Allah muliakan Nabi akhir zaman
dengan lima macam keutamaan
tentang penyebutan, tentang anggota badan
tentang pemberian, tentang kekeliruan
dan tentang kerelaan
Perihal pertama, Allah tidak memanggilnya berdasar nama
perihal kedua, Allah Sendiri Yang ijabahi pintanya
perihal ketiga, Allah memberinya tanpa ia meminta
perihal keempat, Allah telah mengampuninya sebelum ia berbuat dosa
perihal kelima, Allah selalu menerima apa pun pemberiannya
SUFINEWS.COM
Rahasia Dan Amanat
Di antara penyampaian amanat adalah membalas kebaikan karena ia seperti titipan padamu
Menyampaikan amanat adalah kunci rezeki. Tidak semua rahasia boleh engkau buka (kepada orang lain), dan tidak semua yang engkau ketahui boleh engkau beritahukan kepada orang lain.
Janganlah engkau mengkhianati orang yang mengamanatkan kepadamu, meskipun dia telah mengkhianatimu.
Rahasiamu adalah darahmu (nyawamu), maka janganlah engkau mengalirkannya (mempercayakannya) kecuali pada urat lehermu (orang terdekatmu).
Percayakanlah rahasiamu hanya kepada satu orang saja, sedangkan musyawarahmu kepada seribu orang (orang banyak).
Saudara yang tepercaya adalah yang dapat menampung (menjaga) rahasia.
Hak setiap rahasia adalah untuk djaga, dan rahasia yang paling berhak mendapatkan penjagaan adalah rahasiamu bersama Tuhanmu dan rahasia-Nya bersamamu. Ketahuilah, barangsiapa yang mencemarkan orang lain, niscaya dia akan dicemarkan; dan barangsiapa yang membocorkan rahasia, maka dia telah membolehkan darahnya sendiri untuk ditumpahkan (dibunuh).
Obat segala penyakit adalah menyembunyikan penyakit itu.
Setiap kali bertambah banyak tempat penyimpan rahasia, akan bertambah banyak pula hilangnya (terbongkar rahasianya).
Prasangka-prasangka selalu mendesak-desak sesuatu yang dirahasiakan, tak tahan untuk segera membongkarnya.
Boleh saja engkau memiliki banyak sahabat, tetapi hendaklah engkau mempercayakan rahasiamu kepada seorang saja diantara mereka.
Janganlah engkau meletakkan rahasiamu kepada orang yang menurutmu tidak dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia.
Janganlah engkau menyebarkan rahasia orang yang telah menyebarkan rahasiamu.
Barangsiapa yang menyembunyikan rahasianya, maka pilihan ada di tangannya.
Menyampaikan amanat adalah kunci rezeki. Tidak semua rahasia boleh engkau buka (kepada orang lain), dan tidak semua yang engkau ketahui boleh engkau beritahukan kepada orang lain.
Janganlah engkau mengkhianati orang yang mengamanatkan kepadamu, meskipun dia telah mengkhianatimu.
Rahasiamu adalah darahmu (nyawamu), maka janganlah engkau mengalirkannya (mempercayakannya) kecuali pada urat lehermu (orang terdekatmu).
Percayakanlah rahasiamu hanya kepada satu orang saja, sedangkan musyawarahmu kepada seribu orang (orang banyak).
Saudara yang tepercaya adalah yang dapat menampung (menjaga) rahasia.
Hak setiap rahasia adalah untuk djaga, dan rahasia yang paling berhak mendapatkan penjagaan adalah rahasiamu bersama Tuhanmu dan rahasia-Nya bersamamu. Ketahuilah, barangsiapa yang mencemarkan orang lain, niscaya dia akan dicemarkan; dan barangsiapa yang membocorkan rahasia, maka dia telah membolehkan darahnya sendiri untuk ditumpahkan (dibunuh).
Obat segala penyakit adalah menyembunyikan penyakit itu.
Setiap kali bertambah banyak tempat penyimpan rahasia, akan bertambah banyak pula hilangnya (terbongkar rahasianya).
Prasangka-prasangka selalu mendesak-desak sesuatu yang dirahasiakan, tak tahan untuk segera membongkarnya.
Boleh saja engkau memiliki banyak sahabat, tetapi hendaklah engkau mempercayakan rahasiamu kepada seorang saja diantara mereka.
Janganlah engkau meletakkan rahasiamu kepada orang yang menurutmu tidak dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia.
Janganlah engkau menyebarkan rahasia orang yang telah menyebarkan rahasiamu.
Barangsiapa yang menyembunyikan rahasianya, maka pilihan ada di tangannya.
MEMPERBAIKI DIRI SENDIRI
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany.
di Madrasahnya tanggal 18 Sya’ban 545 H.
Sibuklah untuk memperbaiki dirimu dan kebaikanmu. Tinggalkan bicara ini dan itu, tinggalkan kerumitan duniawi, maka anda akan lepas dari problemamu menurut kemampuanmu. Nabi saw, bersabda:
“Bebaskan dirimu dari kesusahan dunia menurut kemampuan maksimalmu.”
Hai orang-orang yang tolol karena dunia, seandainya anda tahu, pasti anda tidak memburunya. Dunia ketika datang padamu, justru akan melelahkan dirimu, dan jika ia berpaling, dunia akan membuatmu susah. Namun bila anda mengenal Allah Azza wa-Jalla, anda akan makhluk bersamaNya. Namun anda tidak mengenal Allah Azza wa-Jalla, para Rasul, para Nabi dan para WaliNya.
Waspadalah! Anda bisa mengambil pejaran dari kehidupan manusia terdahulu seputar dunia ini. Karenanya, bersihkan hatimu dari dunia, maka anda bisa melepaskan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla dari jiwamu. Bila selain Dia Azza wa-Jalla masih mengikuti nafsu, maka tundukkan nafsumu, pada saat itulah anda melihat Tuhanmu Azza wa-Jalla. Pasrahkan semua kepadaNya, maka anda selamat. Mujahadahlah menuju DiriNya, maka anda meraih hidayah. Syukurlah padaNya, Dia akan menambah nikmatNya padamu, serahkan dirimu dan makhluk lain padaNya. Jangan sampai anda kontra padaNya dalam dirimu, juga jangan kontra pada selainmu.
Kaum Sufi tidak akan pernah berhasrat, ketika bersama Allah Azza wa-Jalla, dan tidak punya pilihan ketika bersama pilihanNya. Jangan sampai mereka berambisi mencari atau berebut bagian dariNya, begitu pula tidak mencari nikmat yang diberikan pada orang lain. Bila anda ingin bergabung dengan kaum sufi dunia dan akhirat, maka berserasilah dengan firmanNya, tindakan dan kehendakNya.
Saya melihat anda malah berbalik, dan berbuah kontra dan berbeda denganNya, malam dan siang. Ketika Allah Azza wa-Jalla berkata, “Kerjakan!” dan anda malah tidak mengerjakan. Seakan akan malah Allah Azza wa-Jalla jadi hamba dan anda menjadi yang dihamba.
Maha Suci Dia Azza wa-Jalla yang penuh dengan welas asihNya. Seandainya bukan karena rasa asihNya, pasti aku melihat semuanya yang kontra dalam dirimu. Bila anda ingin bahagia, diamlah di hadapanNya. Diam lahir dan batin pun sungguh merupakan su’ul adab bagiku, bahwa Dia menyilakannya karena sebagai bentuk keringanan belaka.
Karena itu lakukanlah perintahNya dan jauhi laranganNya, berserasilah dengan takdirNya, diamlah lahir dan batinmu di hadapanNya, maka anda akan melihat kebajikan dunia dan akhirat. Jangan minta pada makhluk, karena makhluk itu sangat lemah, sangat butuh, tidak memiliki apa pun, apalagi untuk lainnya, baik itu bahaya maupun manfaat.
Bersabarlah bersama Allah Azza wa-Jalla, jangan tergesa-gesa, dan jangan pula bakhil padaNya, jangan pula mencurigaiNya. Itu akan lebih bagus bagimu, darimu, untukmu. Maka sebagian sufi mengatakan, “Hai! Hati-hati padaku dan dariku! Kalian berserasi saja dengan Allah Azza wa-Jalla, karena Dialah Yang Maha Tahu pada kalian, bersama kalian. Karena tridak semua yang baik menurutmu, itu direkomendasi olehNya. Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Siapa tahu bila kalian tidak suka terhadap sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. Dan siapa tahu kalian mencintai sesuatu, sedangan hal itu lebih buruk bagi kalian. Allah Maha Tahu dan kalian tidak tahu.” (Al-Baqarah : 216)
]“Dan Allah menciptakan hal-hal yang kalian tidak tahu.” (An-Nahl : 8)
“Dan kalian tidak diberi ilmu, kecuali hanya sedikit.” (Al-Isra’ : 85)
Siapa pun yang hendak menempuh Jalan Allah Azza wa-Jalla, hendaknya ia membersihkan dirinya sebelum ia suluk. Sebab nafsu selalu su’ul adab, karena ia terus mendorong untuk keburukan.
Hati-hati, anda sedang beramal di sisi Allah Azza wa-Jalla, lalau bagaimana anda berjalan menuju kepadaNya?
Maka perangilah nafsumu, hingga ia tenang. Jika ia tenang maka ia akan mengikutimu menuju pintuNya. Jangan sampai berselaras dengan nafsu kecuali setelah anda membersihkannya, setelah mengajarinya, dan beradab yang bagus serta tenang pada janji Allah Azza wa-Jalla dan ancamanNya.
Nafsu itu buta, pekak, bisu, kotor dan lumpuh serta bodoh terhadap Tuhannya Azza wa-Jalla. Dan itu butuh kendali, butuh pembimbing dan waktu yang panjang, waktu demi waktu, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun. Maka, beranikan dirimu dan jangan takut dengan pedang nafsu, tajamnya mata pedangnya dari besi yang keras kasar.
Nafsu hanya bicara tak pernah bertindak, dusta tanpa kejujuran, janji tanpa menepati. Tak ada cinta, dan ia mengembara tanpa negeri. Iblis adalah pemimpinnya. Dan nafsu tidak memiliki kekuatan untuk memusuhi dan kontra di hadapan orang beriman yang benar-benar dekat pada Allah Azza wa-Jalla.
Bagaimana mungkin? Karenanya jangan menduga bila Iblis masuk syurga dan mampu mengeluarkan Adam as, dari syurga itu semata karena kekuatannya. Namun karena Allah Azza wa-Jalla memberikan kekuatan, dan menjadikannya sebagai sebab belaka, bukan sebagai asal akarnya.
Hai orang yang akalnya picik, jangan sampai kalian lari dari pintu Allah Azza wa-Jalla, hanya karena cobaan yang menimpamu. Karena Dia lebih Tahu apa yang baik bagimu. Allah tidak memberikan cobaan padamu melainkan demi faedah dan guna. Bila Allah memberikan cobaan padamu, maka refleksikan dirimu akan dosa-dosamu, perbanyak istighfar, taubat, dan memohon kesabaran dan kekokohan. Tetaplah di hadapanNya, dan bergelayutlah pada belas kasihNya, dan mohonlah agar diberi jalan keluar dari cobaan itu, serta penjelasan arah kebajikan di dalamnya.
di kutip dari sufinews.com
di Madrasahnya tanggal 18 Sya’ban 545 H.
Sibuklah untuk memperbaiki dirimu dan kebaikanmu. Tinggalkan bicara ini dan itu, tinggalkan kerumitan duniawi, maka anda akan lepas dari problemamu menurut kemampuanmu. Nabi saw, bersabda:
“Bebaskan dirimu dari kesusahan dunia menurut kemampuan maksimalmu.”
Hai orang-orang yang tolol karena dunia, seandainya anda tahu, pasti anda tidak memburunya. Dunia ketika datang padamu, justru akan melelahkan dirimu, dan jika ia berpaling, dunia akan membuatmu susah. Namun bila anda mengenal Allah Azza wa-Jalla, anda akan makhluk bersamaNya. Namun anda tidak mengenal Allah Azza wa-Jalla, para Rasul, para Nabi dan para WaliNya.
Waspadalah! Anda bisa mengambil pejaran dari kehidupan manusia terdahulu seputar dunia ini. Karenanya, bersihkan hatimu dari dunia, maka anda bisa melepaskan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla dari jiwamu. Bila selain Dia Azza wa-Jalla masih mengikuti nafsu, maka tundukkan nafsumu, pada saat itulah anda melihat Tuhanmu Azza wa-Jalla. Pasrahkan semua kepadaNya, maka anda selamat. Mujahadahlah menuju DiriNya, maka anda meraih hidayah. Syukurlah padaNya, Dia akan menambah nikmatNya padamu, serahkan dirimu dan makhluk lain padaNya. Jangan sampai anda kontra padaNya dalam dirimu, juga jangan kontra pada selainmu.
Kaum Sufi tidak akan pernah berhasrat, ketika bersama Allah Azza wa-Jalla, dan tidak punya pilihan ketika bersama pilihanNya. Jangan sampai mereka berambisi mencari atau berebut bagian dariNya, begitu pula tidak mencari nikmat yang diberikan pada orang lain. Bila anda ingin bergabung dengan kaum sufi dunia dan akhirat, maka berserasilah dengan firmanNya, tindakan dan kehendakNya.
Saya melihat anda malah berbalik, dan berbuah kontra dan berbeda denganNya, malam dan siang. Ketika Allah Azza wa-Jalla berkata, “Kerjakan!” dan anda malah tidak mengerjakan. Seakan akan malah Allah Azza wa-Jalla jadi hamba dan anda menjadi yang dihamba.
Maha Suci Dia Azza wa-Jalla yang penuh dengan welas asihNya. Seandainya bukan karena rasa asihNya, pasti aku melihat semuanya yang kontra dalam dirimu. Bila anda ingin bahagia, diamlah di hadapanNya. Diam lahir dan batin pun sungguh merupakan su’ul adab bagiku, bahwa Dia menyilakannya karena sebagai bentuk keringanan belaka.
Karena itu lakukanlah perintahNya dan jauhi laranganNya, berserasilah dengan takdirNya, diamlah lahir dan batinmu di hadapanNya, maka anda akan melihat kebajikan dunia dan akhirat. Jangan minta pada makhluk, karena makhluk itu sangat lemah, sangat butuh, tidak memiliki apa pun, apalagi untuk lainnya, baik itu bahaya maupun manfaat.
Bersabarlah bersama Allah Azza wa-Jalla, jangan tergesa-gesa, dan jangan pula bakhil padaNya, jangan pula mencurigaiNya. Itu akan lebih bagus bagimu, darimu, untukmu. Maka sebagian sufi mengatakan, “Hai! Hati-hati padaku dan dariku! Kalian berserasi saja dengan Allah Azza wa-Jalla, karena Dialah Yang Maha Tahu pada kalian, bersama kalian. Karena tridak semua yang baik menurutmu, itu direkomendasi olehNya. Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Siapa tahu bila kalian tidak suka terhadap sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. Dan siapa tahu kalian mencintai sesuatu, sedangan hal itu lebih buruk bagi kalian. Allah Maha Tahu dan kalian tidak tahu.” (Al-Baqarah : 216)
]“Dan Allah menciptakan hal-hal yang kalian tidak tahu.” (An-Nahl : 8)
“Dan kalian tidak diberi ilmu, kecuali hanya sedikit.” (Al-Isra’ : 85)
Siapa pun yang hendak menempuh Jalan Allah Azza wa-Jalla, hendaknya ia membersihkan dirinya sebelum ia suluk. Sebab nafsu selalu su’ul adab, karena ia terus mendorong untuk keburukan.
Hati-hati, anda sedang beramal di sisi Allah Azza wa-Jalla, lalau bagaimana anda berjalan menuju kepadaNya?
Maka perangilah nafsumu, hingga ia tenang. Jika ia tenang maka ia akan mengikutimu menuju pintuNya. Jangan sampai berselaras dengan nafsu kecuali setelah anda membersihkannya, setelah mengajarinya, dan beradab yang bagus serta tenang pada janji Allah Azza wa-Jalla dan ancamanNya.
Nafsu itu buta, pekak, bisu, kotor dan lumpuh serta bodoh terhadap Tuhannya Azza wa-Jalla. Dan itu butuh kendali, butuh pembimbing dan waktu yang panjang, waktu demi waktu, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun. Maka, beranikan dirimu dan jangan takut dengan pedang nafsu, tajamnya mata pedangnya dari besi yang keras kasar.
Nafsu hanya bicara tak pernah bertindak, dusta tanpa kejujuran, janji tanpa menepati. Tak ada cinta, dan ia mengembara tanpa negeri. Iblis adalah pemimpinnya. Dan nafsu tidak memiliki kekuatan untuk memusuhi dan kontra di hadapan orang beriman yang benar-benar dekat pada Allah Azza wa-Jalla.
Bagaimana mungkin? Karenanya jangan menduga bila Iblis masuk syurga dan mampu mengeluarkan Adam as, dari syurga itu semata karena kekuatannya. Namun karena Allah Azza wa-Jalla memberikan kekuatan, dan menjadikannya sebagai sebab belaka, bukan sebagai asal akarnya.
Hai orang yang akalnya picik, jangan sampai kalian lari dari pintu Allah Azza wa-Jalla, hanya karena cobaan yang menimpamu. Karena Dia lebih Tahu apa yang baik bagimu. Allah tidak memberikan cobaan padamu melainkan demi faedah dan guna. Bila Allah memberikan cobaan padamu, maka refleksikan dirimu akan dosa-dosamu, perbanyak istighfar, taubat, dan memohon kesabaran dan kekokohan. Tetaplah di hadapanNya, dan bergelayutlah pada belas kasihNya, dan mohonlah agar diberi jalan keluar dari cobaan itu, serta penjelasan arah kebajikan di dalamnya.
di kutip dari sufinews.com
Kamis, 27 Mei 2010
RAYUAN SYAITAN
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. an-Nisa` [4]: 120).
Bukan setan namanya bila gampang menyerah menyesatkan keturunan Nabi Adam as.. Profil setan sejati, yakni Iblis dan seluruh bala tentara pengikutnya –laknatullah ‘alaihim– tidak akan pernah melepaskan satu manusia pun bebas dari tipu daya dan seluruh penyesatannya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh dari kalangan kaum muslimin justru mendapatkan godaan dan tipu daya yang lebih dahsyat dari pada orang-orang yang kadar keimanannya masih sedikit dan juga orang-orang kafir. Karena mereka golongan shalihun adalah orang-orang yang benar dengan aqidah, ibadah, dan akhlaknya dalam berislam. Mereka selalu istiqamah di jalan kebenaran dan mengajak (baca: mendakwahi) orang lain agar menjadi golongan shalihun juga. Intinya, setiap orang Islam itu harus saleh dan mensalehkan orang lain. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setan-setan laknatullah bahwa misi utama mereka menyesatkan sebagian besar seluruh umat manusia menjadi gagal total.
Beberapa Tipu Daya Setan terhadap Orang-orang Saleh
Waspda dan hati-hati terhadap godaan setan, serta selalu memohon perlindungan (isti’adzah) kepada Allah Swt. mutlak dilakukan oleh setiap muslim. Berikut ini beberapa cara tipu daya setan terutama kepada orang-orang saleh dan secara umum kepada orang-orang Islam lainnya.
• Membuat manusia ragu-ragu dalam masalah aqidah.
Cara yang pertama ini sangat berbahaya karena berkaitan dengan masalah aqidah dari orang yang ditipu daya tersebut. Isi penyesatannya seperti: setan akan memberikan pertanyaan meragukan kepadanya tentang asal-muasal penciptaan, qadar, dan sebagainya yang berkaitan keyakinan terhadap sendi-sendi aqidah islamiyah. Hal ini mungkin saja berhasil mengenai manusia –termasuk kita– yang pertama, jika kita sering lalai untuk berlindung kepada Allah Swt., dan kedua, kita terpedaya menggunakan “alasan menuntut ilmu”. Maksudnya manusia dapat tertipu daya oleh setan, sehingga mulai merasa berilmu agama tinggi dan melakukan penyimpangan dari jalan Allah yang lurus. Ini banyak terjadi pada kelompok-kelompok yang sesat sampai saat ini.
• Menghiasi perasaan manusia sehingga meninggalkan dunia dan menjauhkan diri dari masyarakat.
Cara jahat setan itu tidak kalah berbahaya dengan cara yang pertama. Ada orang-orang yang terjerumus perasaan dan pikirannya sehingga dengan alasan uzlah (menyendiri) guna memperbaiki hati dan mensucikan jiwa kemudian meninggalkan dunia dan menjauhkan diri mereka dari masyarakat. Orang-orang seperti ini biasa mengenakan “pakaian” pemberi nasihat. Setiap manusia tidak dapat selamat dari tipu daya setan semacam ini kecuali dengan ilmu dan pemahaman agama yang benar terhadap agama.
• Menghiasi perasaan manusia dengan perbuatan-perbuatan eksklusif dan mencegah keluar dari itu.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,”Di antara manusia terdapat orang yang terikat dengan pakaian yang tidak dipakai oleh orang lain, atau duduk pada tempat yang tidak diduduki oleh orang lain, atau berjalan di jalan yang tidak dilalui oleh orang lain, atau dengan pakaian dan keadaan yang tidak terjadi pada kedua kalinya, atau ibadah tertentu dan tidak melakukan selain itu meskipun lebih tinggi dari hal tersebut, atau seorang guru tertentu yang tidak berpaling dari hal-hal yang dilarang –oleh Allah dan Rasul-Nya–, meskipun ia lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka semua tertutup dari mendapatkan apa yang dipinta dan terhalang darinya.”
Kita dapat menyaksikan bagaimana setan laknatullah telah berhasil memperdaya orang-orang seperti itu. Mereka beribadah dengan latihan, pengasingan, dan pengosongan hati. Ilmu-ilmu yang bermanfaat mereka anggap sebagai pemutus jalan. Bila disebutkan kepada mereka persahabatan karena Allah atau permusuhan karena-Nya, memerintahkan berbuat ma’ruf dan mencegah yang munkar, maka itu dianggap sebagai keburukan dan mencampuri urusan orang lain. Jika ada di antara mereka ada yang melakukan hal tersebut, akan langsung dikeluarkan dari kumpulan mereka. Orang-orang seperti ini berada paling jauh dari manusia, meskipun mereka memiliki lebih banyak petunjuk. Allah yang lebih mengetahui tentang hal ini.
• Menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan bid’ah dan syubhat.
Sudah seharusnya kita meneladani dan ittiba` (mengikuti) kepada Rasulullah Saw., karena Beliau adalah orang yang ma`shum dan sebaik-baik seluruh ciptaan-Nya, namun Beliau tidak meninggalkan menikah, tidak menjauhkan diri dari manusia, dan tidak meninggalkan pengobatan ketika sakit. Kaum muslimin tidak boleh menyalahi Beliau. Syariah adalah argumen, serta perbuatan Rasulullah Saw. dan pengarahannya adalah neraca, sehingga kita dapat mengukur benar-tidaknya perbuatan kita.
Pada prinsipnya, bid’ah berarti mengada-adakan perbuatan di dalam ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw., sedangkan syubhat berarti perkara yang belum jelas halal dan haramnya, namun Rasulullah Saw. menganjurkan agar perkara syubhat segera ditinggalkan jauh-jauh oleh tiap muslim, karena resiko mudharat-nya lebih besar dari pada manfaatnya.
Cara licik ini termasuk yang disukai juga oleh setan, karena bila telah terjerumus maka muslim yang bersangkutan “menabrak” secara serampangan dan tidak peduli antara aturan halal dan haram, antara perbuatan berpahala dan berdosa, antara aktivitas ibadah dan maksiat, dan sebagainya. Sehingga ada ungkapan nyleneh “yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Na’udzu billahi min dzalik.
Sedikit Nasihat untuk Kaum Muslimin
Tanpa ilmu seorang muslim tidak akan dapat berjalan dengan benar dan aman menuju Allah Swt.. Karena jalan menuju Allah penuh dengan rintangan dan berliku-liku. Tidak seorang pun dapat mengatasinya kecuali dengan pertolongan Allah dan melindungi diri dengan benteng ilmu. Ilmu yang dimaksud oleh para ulama tidak terbatas pada satu cabang, namun seluruh cabang ilmu yang dapat membentuk akal seseorang dengan pembentukan yang benar dan sempurna.
Bagi setiap muslim hendaklah memulai dengan mempelajari ilmu aqidah lalu memperbaiki aqidahnya, menutup jalan masuk setan, karena setan akan memperbanyak godaannya setiap kali manusia tersesat dalam jalannya –dengan menempuh jalan setan.
Ia hendaklah mempelajari juga ilmu akhlak yang akan bermanfaat sebagai panduan perilaku teladan di dalam hidupnya.
Ia juga harus mengetahui tentang halal dan haram dalam beribadah dan pergaulan yang dilakukan oleh manusia.
Ia juga harus mempelajari Al-Qur`an, mengkajinya, menghafalnya, dan meneliti ilmu-ilmu serta tafsirnya. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba dalam kehidupannya, keselamatannya, dan kembali kepada-Nya kecuali dengan mempelajari Al-Qur`an dan memahaminya.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarinya (kepada orang lain).” (Muttafaqun ‘alaih).
Ia juga harus mengetahui petunjuk Rasulullah Saw. dalam seluruh keadaannya –melalui hadits-hadits Beliau Saw.– baik dalam keadaan damai dan perang, dalam hal makan dan minum, dalam hal tidur dan bangunnya, dalam perintahnya untuk berbuat yang ma’ruf dan dan larangannya dari yang munkar, dalam pergaulannya dengan keluarganya, serta dalam segala keadaannya.
Bukan setan namanya bila gampang menyerah menyesatkan keturunan Nabi Adam as.. Profil setan sejati, yakni Iblis dan seluruh bala tentara pengikutnya –laknatullah ‘alaihim– tidak akan pernah melepaskan satu manusia pun bebas dari tipu daya dan seluruh penyesatannya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh dari kalangan kaum muslimin justru mendapatkan godaan dan tipu daya yang lebih dahsyat dari pada orang-orang yang kadar keimanannya masih sedikit dan juga orang-orang kafir. Karena mereka golongan shalihun adalah orang-orang yang benar dengan aqidah, ibadah, dan akhlaknya dalam berislam. Mereka selalu istiqamah di jalan kebenaran dan mengajak (baca: mendakwahi) orang lain agar menjadi golongan shalihun juga. Intinya, setiap orang Islam itu harus saleh dan mensalehkan orang lain. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setan-setan laknatullah bahwa misi utama mereka menyesatkan sebagian besar seluruh umat manusia menjadi gagal total.
Beberapa Tipu Daya Setan terhadap Orang-orang Saleh
Waspda dan hati-hati terhadap godaan setan, serta selalu memohon perlindungan (isti’adzah) kepada Allah Swt. mutlak dilakukan oleh setiap muslim. Berikut ini beberapa cara tipu daya setan terutama kepada orang-orang saleh dan secara umum kepada orang-orang Islam lainnya.
• Membuat manusia ragu-ragu dalam masalah aqidah.
Cara yang pertama ini sangat berbahaya karena berkaitan dengan masalah aqidah dari orang yang ditipu daya tersebut. Isi penyesatannya seperti: setan akan memberikan pertanyaan meragukan kepadanya tentang asal-muasal penciptaan, qadar, dan sebagainya yang berkaitan keyakinan terhadap sendi-sendi aqidah islamiyah. Hal ini mungkin saja berhasil mengenai manusia –termasuk kita– yang pertama, jika kita sering lalai untuk berlindung kepada Allah Swt., dan kedua, kita terpedaya menggunakan “alasan menuntut ilmu”. Maksudnya manusia dapat tertipu daya oleh setan, sehingga mulai merasa berilmu agama tinggi dan melakukan penyimpangan dari jalan Allah yang lurus. Ini banyak terjadi pada kelompok-kelompok yang sesat sampai saat ini.
• Menghiasi perasaan manusia sehingga meninggalkan dunia dan menjauhkan diri dari masyarakat.
Cara jahat setan itu tidak kalah berbahaya dengan cara yang pertama. Ada orang-orang yang terjerumus perasaan dan pikirannya sehingga dengan alasan uzlah (menyendiri) guna memperbaiki hati dan mensucikan jiwa kemudian meninggalkan dunia dan menjauhkan diri mereka dari masyarakat. Orang-orang seperti ini biasa mengenakan “pakaian” pemberi nasihat. Setiap manusia tidak dapat selamat dari tipu daya setan semacam ini kecuali dengan ilmu dan pemahaman agama yang benar terhadap agama.
• Menghiasi perasaan manusia dengan perbuatan-perbuatan eksklusif dan mencegah keluar dari itu.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,”Di antara manusia terdapat orang yang terikat dengan pakaian yang tidak dipakai oleh orang lain, atau duduk pada tempat yang tidak diduduki oleh orang lain, atau berjalan di jalan yang tidak dilalui oleh orang lain, atau dengan pakaian dan keadaan yang tidak terjadi pada kedua kalinya, atau ibadah tertentu dan tidak melakukan selain itu meskipun lebih tinggi dari hal tersebut, atau seorang guru tertentu yang tidak berpaling dari hal-hal yang dilarang –oleh Allah dan Rasul-Nya–, meskipun ia lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka semua tertutup dari mendapatkan apa yang dipinta dan terhalang darinya.”
Kita dapat menyaksikan bagaimana setan laknatullah telah berhasil memperdaya orang-orang seperti itu. Mereka beribadah dengan latihan, pengasingan, dan pengosongan hati. Ilmu-ilmu yang bermanfaat mereka anggap sebagai pemutus jalan. Bila disebutkan kepada mereka persahabatan karena Allah atau permusuhan karena-Nya, memerintahkan berbuat ma’ruf dan mencegah yang munkar, maka itu dianggap sebagai keburukan dan mencampuri urusan orang lain. Jika ada di antara mereka ada yang melakukan hal tersebut, akan langsung dikeluarkan dari kumpulan mereka. Orang-orang seperti ini berada paling jauh dari manusia, meskipun mereka memiliki lebih banyak petunjuk. Allah yang lebih mengetahui tentang hal ini.
• Menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan bid’ah dan syubhat.
Sudah seharusnya kita meneladani dan ittiba` (mengikuti) kepada Rasulullah Saw., karena Beliau adalah orang yang ma`shum dan sebaik-baik seluruh ciptaan-Nya, namun Beliau tidak meninggalkan menikah, tidak menjauhkan diri dari manusia, dan tidak meninggalkan pengobatan ketika sakit. Kaum muslimin tidak boleh menyalahi Beliau. Syariah adalah argumen, serta perbuatan Rasulullah Saw. dan pengarahannya adalah neraca, sehingga kita dapat mengukur benar-tidaknya perbuatan kita.
Pada prinsipnya, bid’ah berarti mengada-adakan perbuatan di dalam ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw., sedangkan syubhat berarti perkara yang belum jelas halal dan haramnya, namun Rasulullah Saw. menganjurkan agar perkara syubhat segera ditinggalkan jauh-jauh oleh tiap muslim, karena resiko mudharat-nya lebih besar dari pada manfaatnya.
Cara licik ini termasuk yang disukai juga oleh setan, karena bila telah terjerumus maka muslim yang bersangkutan “menabrak” secara serampangan dan tidak peduli antara aturan halal dan haram, antara perbuatan berpahala dan berdosa, antara aktivitas ibadah dan maksiat, dan sebagainya. Sehingga ada ungkapan nyleneh “yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Na’udzu billahi min dzalik.
Sedikit Nasihat untuk Kaum Muslimin
Tanpa ilmu seorang muslim tidak akan dapat berjalan dengan benar dan aman menuju Allah Swt.. Karena jalan menuju Allah penuh dengan rintangan dan berliku-liku. Tidak seorang pun dapat mengatasinya kecuali dengan pertolongan Allah dan melindungi diri dengan benteng ilmu. Ilmu yang dimaksud oleh para ulama tidak terbatas pada satu cabang, namun seluruh cabang ilmu yang dapat membentuk akal seseorang dengan pembentukan yang benar dan sempurna.
Bagi setiap muslim hendaklah memulai dengan mempelajari ilmu aqidah lalu memperbaiki aqidahnya, menutup jalan masuk setan, karena setan akan memperbanyak godaannya setiap kali manusia tersesat dalam jalannya –dengan menempuh jalan setan.
Ia hendaklah mempelajari juga ilmu akhlak yang akan bermanfaat sebagai panduan perilaku teladan di dalam hidupnya.
Ia juga harus mengetahui tentang halal dan haram dalam beribadah dan pergaulan yang dilakukan oleh manusia.
Ia juga harus mempelajari Al-Qur`an, mengkajinya, menghafalnya, dan meneliti ilmu-ilmu serta tafsirnya. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba dalam kehidupannya, keselamatannya, dan kembali kepada-Nya kecuali dengan mempelajari Al-Qur`an dan memahaminya.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarinya (kepada orang lain).” (Muttafaqun ‘alaih).
Ia juga harus mengetahui petunjuk Rasulullah Saw. dalam seluruh keadaannya –melalui hadits-hadits Beliau Saw.– baik dalam keadaan damai dan perang, dalam hal makan dan minum, dalam hal tidur dan bangunnya, dalam perintahnya untuk berbuat yang ma’ruf dan dan larangannya dari yang munkar, dalam pergaulannya dengan keluarganya, serta dalam segala keadaannya.
ABU HURAIROH RA
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya.
"Aku sudah dengar pergunjingan kalian. Kata kalian, Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadis Nabi. Padahal, para sahabat muhajirin dan anshar sendiri tak ada yang meriwayatkan hadis Nabi sebanyak yang dituturkan Abu Hurairah. Ketahuilah, saudara-saudaraku dari kaum muhajirin disibukkan dengan perniagaan mereka di pasar. Sementara saudara-saudaraku dari anshar disibukkan dengan kegiatan pertanian mereka. Dan aku seorang papa, termasuk golongan kaum miskin shuffah (yang tinggal di pondokan masjid). Aku tinggal dekat Nabi untuk mengisi perutku. Aku hadir (di samping Nabi) ketika mereka tidak ada, dan aku selalu mengingat-ingat ketika mereka melupakan."
Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid (pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan.
Karena kedekatannya itu, Nabi pernah mempercayainya menjaga gudang penyimpan hasil zakat. Suatu malam seseorang mengendap-endap hendak mencuri, tertangkap basah oleh Abu Hurairah. Orang itu sudah hendak dibawa ke Rasulullah. "Ampun tuan, kasihani saya," pencuri itu memelas. "Saya mencuri ini untuk menghidupi keluarga saya yangkelaparan."
Abu Hurairah tersentuh hatinya, maka dilepasnya pencuri itu. "Baik, tapi jangan kamu ulangi perbuatanmu ini." Esoknya hal ini dilaporkan kepada Nabi. Nabi tersenyum. "Lihat saja, nanti malam pasti ia kembali." Benar pula, malam harinya pencuri itu datang lagi. "Nah, sekarang kamu tidak akan kulepas lagi." Sekali lagi, orang itu memelas, hingga Abu Hurairah tersentuh hatinya. Tapi, ketika hal itu dilaporkan kepada Nabi, kembali beliau mengatakan hal yang sama. "Lihat saja, orang itu akan kembali nanti malam." Ternyata pencuri sialan itu benar-benar kembali. "Apa pun yang kamu katakan, jangan harap kamu bisa bebas. Sudah dua kali kulepas, kamu tak kapok-kapok juga." Eh, pencuri itu malah menggurui. "Abu Hurairah, sebelum kamu tidur, bacalah ayat kursi agar setan tidak menyatroni kamu." Merasa mendapat pelajaran berharga, Abu Hurairah terharu. Ah, ternyata orang baik-baik, pikirnya. "Apa yang dikatakan orang itu memang benar," sabda Nabi ketika dilapori pagi harinya. "Tapi orang itu bukan orang baik-baik. Dia adalah setan. Dia katakan itu supaya dia kamu bebaskan."
MENGIKATKAN BATU KE PERUT
Abu Hurairah adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Ia kerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu. Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang.
Orang yang nama lengkapnya Abdur Rahman (versi lain: Abdu Syams) ibn Shakhr Ad-Dausi ini adalah sosok humoris. Banyak anekdot yang berasal darinya. Ia pun suka menghibur anak-anak kecil. Ia pecinta kucing kecil. Ke mana-mana dibawanya binatang ini, sehingga julukan Abu Hurairah (bapak kucing kecil) pun melekat padanya. Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Dia masuk Islam tak lama setelah pindah ke Madinah pada tahun ketujuh hijriah, bersamaan dengan rencana keberangkatan Nabi ke Perang Khaibar. Tapi ibundanya belum mau masuk Islam. Malah sang ibu pernah menghina Nabi. Ini membuatnya sedih. Untuk itu, ia memohon Nabi berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, mengajaknya masuk Islam. Ternyata sang ibu telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.
BURUH KASAR
Akan halnya kepindahannya ke Madinah adalah untuk mengadu nasib. Di sana ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar yang amat sangat. Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemui Abu Hurairah. Abu Hurairah bilang, ia tidak gila, hanya ia lapar. Nabi pun segera memberinya makanan.
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakar melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakar cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama. Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat," tutur Abu Hurairah. "Ya Abu Hurairah!" panggil Nabi. "Labbaik, ya Rasulullah!""Ikutlah aku!" Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. "Dari mana susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu. "Ya Abu Hurairah!""Labbaik, Ya Rasulullah!" "Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.
Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya. Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.
Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.
Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya. Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.
MENOLAK JABATAN
Mungkin karena itu, ketika Umar menjadi amirul mukminin, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tapi pada 23 Hijri Umar memecatnya gara-gara sang gubernur kedapatan menyimpan banyak uang (menurut satu versi, sampai 10.000 dinar). Dalam proses pengusutan, ia mengemukakan upaya pembuktian terbalik, bahwa harta itu diperolehnya dari beternak kuda dan pemberian orang. Khalifah menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menduduki jabatan gubernur lagi, tapi ia menolak. Penolakan itu diiringi lima alasan.
1. aku takut berkata tanpa pengetahuan
2. aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama)
3. aku ogah dicambuk
4. aku tak mau harta benda hasil jerih payahku disita
5. dan aku takut nama baikku tercemar, kilahnya. Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.
Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.
Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.
"Aku sudah dengar pergunjingan kalian. Kata kalian, Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadis Nabi. Padahal, para sahabat muhajirin dan anshar sendiri tak ada yang meriwayatkan hadis Nabi sebanyak yang dituturkan Abu Hurairah. Ketahuilah, saudara-saudaraku dari kaum muhajirin disibukkan dengan perniagaan mereka di pasar. Sementara saudara-saudaraku dari anshar disibukkan dengan kegiatan pertanian mereka. Dan aku seorang papa, termasuk golongan kaum miskin shuffah (yang tinggal di pondokan masjid). Aku tinggal dekat Nabi untuk mengisi perutku. Aku hadir (di samping Nabi) ketika mereka tidak ada, dan aku selalu mengingat-ingat ketika mereka melupakan."
Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid (pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan.
Karena kedekatannya itu, Nabi pernah mempercayainya menjaga gudang penyimpan hasil zakat. Suatu malam seseorang mengendap-endap hendak mencuri, tertangkap basah oleh Abu Hurairah. Orang itu sudah hendak dibawa ke Rasulullah. "Ampun tuan, kasihani saya," pencuri itu memelas. "Saya mencuri ini untuk menghidupi keluarga saya yangkelaparan."
Abu Hurairah tersentuh hatinya, maka dilepasnya pencuri itu. "Baik, tapi jangan kamu ulangi perbuatanmu ini." Esoknya hal ini dilaporkan kepada Nabi. Nabi tersenyum. "Lihat saja, nanti malam pasti ia kembali." Benar pula, malam harinya pencuri itu datang lagi. "Nah, sekarang kamu tidak akan kulepas lagi." Sekali lagi, orang itu memelas, hingga Abu Hurairah tersentuh hatinya. Tapi, ketika hal itu dilaporkan kepada Nabi, kembali beliau mengatakan hal yang sama. "Lihat saja, orang itu akan kembali nanti malam." Ternyata pencuri sialan itu benar-benar kembali. "Apa pun yang kamu katakan, jangan harap kamu bisa bebas. Sudah dua kali kulepas, kamu tak kapok-kapok juga." Eh, pencuri itu malah menggurui. "Abu Hurairah, sebelum kamu tidur, bacalah ayat kursi agar setan tidak menyatroni kamu." Merasa mendapat pelajaran berharga, Abu Hurairah terharu. Ah, ternyata orang baik-baik, pikirnya. "Apa yang dikatakan orang itu memang benar," sabda Nabi ketika dilapori pagi harinya. "Tapi orang itu bukan orang baik-baik. Dia adalah setan. Dia katakan itu supaya dia kamu bebaskan."
MENGIKATKAN BATU KE PERUT
Abu Hurairah adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Ia kerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu. Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang.
Orang yang nama lengkapnya Abdur Rahman (versi lain: Abdu Syams) ibn Shakhr Ad-Dausi ini adalah sosok humoris. Banyak anekdot yang berasal darinya. Ia pun suka menghibur anak-anak kecil. Ia pecinta kucing kecil. Ke mana-mana dibawanya binatang ini, sehingga julukan Abu Hurairah (bapak kucing kecil) pun melekat padanya. Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Dia masuk Islam tak lama setelah pindah ke Madinah pada tahun ketujuh hijriah, bersamaan dengan rencana keberangkatan Nabi ke Perang Khaibar. Tapi ibundanya belum mau masuk Islam. Malah sang ibu pernah menghina Nabi. Ini membuatnya sedih. Untuk itu, ia memohon Nabi berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, mengajaknya masuk Islam. Ternyata sang ibu telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.
BURUH KASAR
Akan halnya kepindahannya ke Madinah adalah untuk mengadu nasib. Di sana ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar yang amat sangat. Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemui Abu Hurairah. Abu Hurairah bilang, ia tidak gila, hanya ia lapar. Nabi pun segera memberinya makanan.
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakar melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakar cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama. Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat," tutur Abu Hurairah. "Ya Abu Hurairah!" panggil Nabi. "Labbaik, ya Rasulullah!""Ikutlah aku!" Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. "Dari mana susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu. "Ya Abu Hurairah!""Labbaik, Ya Rasulullah!" "Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.
Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya. Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.
Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.
Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya. Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.
MENOLAK JABATAN
Mungkin karena itu, ketika Umar menjadi amirul mukminin, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tapi pada 23 Hijri Umar memecatnya gara-gara sang gubernur kedapatan menyimpan banyak uang (menurut satu versi, sampai 10.000 dinar). Dalam proses pengusutan, ia mengemukakan upaya pembuktian terbalik, bahwa harta itu diperolehnya dari beternak kuda dan pemberian orang. Khalifah menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menduduki jabatan gubernur lagi, tapi ia menolak. Penolakan itu diiringi lima alasan.
1. aku takut berkata tanpa pengetahuan
2. aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama)
3. aku ogah dicambuk
4. aku tak mau harta benda hasil jerih payahku disita
5. dan aku takut nama baikku tercemar, kilahnya. Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.
Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.
Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.
Jumat, 14 Mei 2010
Kapan Nafsumu Puas....
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany - Pengajian Hari Jum’at tanggal 11 Sya'ban tahun 545 H. di Madrasahnya
Kendalikan dirimu, nafsumu, watakmu dengan puasa dan sholat da'im dan kesabaran yang da'im pula. Bila hamba benar dalam menata dirinya dan hawa nafsu dan
wataknya, maka hanya ada dia dan tuhannya tanpa sedikit pun ada kontaminasi, hingga yang ada hanya qalbu, sirr dan Tuhannya yang menghampar begitu luas, tanpa kesempitan, penuh rasa sehat tanpa rasa sakit. Karena itu pakailah akal sehatmu, raihlah ilmu, amalkan, dan ikhlaslah dalam beramal.
Anak-anak sekalian. Belajarlah dari makhluk, lalu belajarlah dari Sang Khaliq, sebagaimana Nabi saw, bersabda:
"Siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah mewariskan ilmu belum pernah ia ketahui sebelumnya." (Ditkahrij Az-Zubaidy).
Anda harus belajar dari makhluk dulu, baru kepada Al-Khaliq, yaitu anda meraih Ilmu Ladunni, suatu ilmu yang dikhususkan dalam rahasia qalbu, yang kelak menjadi rahasia batin. Bagaimana anda bisa belajar sesuatu tanpa guru? Sedangkan anda berada di rumah Hikmah. Karenanya carilah ilmu, karena mencari ilmu itu fardhu, sebagaimana Nabi saw, bersabda: “Carilah ilmu walau sampai ke China.” (Ditkahrij Adz-Dzahaby).
Anak-anak sekalian, bergurulah kepada orang yang bisa menolong untuk memerangi hawa nafsu anda, bukan pada orang yang menolong nafsu untuk mencelakakanmu. Bila anda belajar pada guru yang bodoh dan munafik, yang memiliki watak dan hawa nafsu, maka ia justru akan menyeret anda pada hawa nafsu itu.
Para guru ruhani itu tidak bersahabat dengan dunia, namun bersahabat dengan akhirat. Bila seorang syeikh senang dengan naluri wataknya dan hawa nafsunya berarti ia sahabat dunia. Bila ia senang dengan qalbunya maka ia sahabat akhirat. Namun bila ia senang dan empunya rahasia batinnya (sirr) maka ia adalah sahabat Tuhan.
Wahai orang yang sok menjadi guru ruhani! Keluarlah dan bergaullah dengan para syeikh yang mukhlis dalam perilaku mereka. Manakala anda masih terus mencari dunia dengan nafsu anda, berambisi dengan hawa kesenangan anda, sesungguhnya anda adalah anak-anak, benar-benar naluri watak murni. Nafsu harus di kendalikan dari dunia dengan berbagai upaya, bukan keterpaksaan, atau nafsu harus mengikuti qalbu, jauh dan jauh dari dunia dan kesenangannya. Nafsu meraih haknya manakala ia sudah buta dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla.
Apabila seorang hamba mulai dekat dengan Allah Azza wa-Jalla, akan banyak kegelisahan dan rasa takutnya. Itulah kenapa, seseorang lebih takut pada menterinya dibanding pada rajanya, karena menteri adalah orang yang paling dekat dengan raja.
Orang mukmin tidak akan pernah sampai kepadaNya kecuali dengan keikhlasan. Inilah kaum sufi senantiasa gelisah sepanjang ia belum bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla. Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla rasa takutnya akan sangat kuat, dan itulah yang disabdakan Nabi saw: "Akulah yang paling mengenal Allah diantara kalian, dan yang paling amat takut kepadaNya." (Al-'Ajluny).
Allah Azza wa-Jalla senantiasa memberi ujian pada para Auliya' Nya agar mereka terus-menerus membersihkan dirinya, bahwa mereka selamanya berada dalam langkah rasa takut jika berubah, berpindah. Mereka terus merasa takut walaupun kondisinya sangat aman. Bereka bergentar walau pun mereka telah diberi ketentraman. Mereka terus mendebat nafsunya, walau nafsu itu sebesar biji atom, sebesar biji bayam dan alpa yang ringan saja. Ketika mereka merasa tenang mereka justru terbang. Ketika mereka merasa cukup justru mereka gugah kefakirannya. Ketika mereka merasa aman, justru mereka bangkitkan rasa takut. Ketika mereka diberi anugerah justru mereka merasa terhadang. Ketika mereka gurau tertawa justru mereka menangis. Ketika mereka bergembira, malah mereka bangkitkan susahnya. Mereka sangat kawatir akan rekayasa tipudaya yang berbalik dan akibat yang buruk, karena mereka tahu bahwa Tuhan mereka berfirman: "Allah tidak ditanya apa yang dilakukanNya, namun merekalah yang ditanya…" (Al-Ambiya': 23)
Anda wahai orang yang alpa! Justru pamer maksiat dan kontra kepada Allah Azza wa-Jalla, sementara anda malah merasa nyaman. Dalam waktu dekat, rasa amanmu akan berubah menjadi ketakutan, rasa luang lapangmu akan berubah menjadi sempit, rasa muliamu akan menjadi hina, rasa luhurmu akan menjadi rendah, rasa kayamu akan menjadi miskin.
Ingatlah bahwa rasa amanmu di hari kiamat dari siksa Allah Azza wa-Jalla, diukur dengan rasa takutmu kepada Allah azza wa-Jalla di dunia, dan rasa takutmu kepada Allah Azza wa-Jalla di akhirat tergantung rasa amanmu di dunia, namun justru anda tenggelam di dunia dan tercebur di sumur kealpaan.
Maka hidupmu sungguh seperti binatang, tidak kenal kecuali hanya kenal makan, minum, seks, dan tidur. Secara lahiriyah, prilakumu seperti mereka yang ahli dalam pembersihan qalbu, tetapi batinmu penuh dengan ambisi duniawi, menumpuk harta dan memburu rizki, hingga telah menutup pintumu untuk menuju Allah Azza wa-Jalla.
Wahai orang yang diseret oleh kehinaan ambisinya, bila anda dan penduduk bumi, bila sesuatu ditarik untukmu, pasti anda belum merasa terbagi. Maka tinggalkanlah ambisi untuk meraih sesuatu yang sebenarnya sudah terbagi bagimu, tinggalkan mencari sesuatu yang belum terbagi untukmu.
Bagaimana orang yang berakal sehat memperbaiki zamannya yang sudah hilang? Maka keluarkanlah makhluk dari hatimu. Lalu jangan kau pandang mereka, dalam bahaya, manfaat, pemberiaan dan hambatan, begitu juga jangan kau pandang pujian, cacian, pengghormatan dan penghinaan mereka, penerimaan dan tolakan mereka. Yakinlah bahwa bahaya dan manfaat itu dari Allah Azza wa-Jalla, baik dan buruk ada di tanganNya, yang ditarikNya untuk penguatan pada makhluk. Bila hal demikian terwujud, anda telah berada di antara Khaliq dan makhluk, anda memandang mereka sekaan-akan mereka tidak ada, bila disandarkan pada anda. Anda pun memandang ahli maksiat, dengan pandangan mata kegilaan dan kebodohan, lalu anda mendidik mereka, mengobati mereka dan sabar atas kepedihan yang ditimpakan pada anda dari mereka, dan kebodohan mereka.
Orang yang taat kepada Tuhannya Azza wa-Jalla adalah para Ulama' yang berakal sehat. Dan mereka yang bermaksiat kepada Tuhannya adalah mereka yang gila dan bodoh. Tukang maksiat bebarti bodoh terhadap Tuhannya, lalu ia ingkar padaNya dan patuh pada syetannya, berserasi dengan para syetan. Bila saja mereka tidak bodoh, pasti mereka tidak maksiat padaNya. Dan kalau toh mereka mengenal nafsunya, dan ia tahu bahwa nafsunya memerintahkan bebruat buruk, pasti ia tidak berserasi dengan nafsu itu.
Sudah berapa kali aku peringatkan anda dari ancaman Iblis dan para pendukungnya, tetapi anda malah bersahabat dengannya. Bahkan anda pelihara pendukung-pendukungnya, hawa nafsu, dunia, watak-wataknya dan sejumlah pendukung jahat lainnya.
Anda harus menghindari semua itu. Karena semua itu adalah musuhmu. Karena tidak ada yang anda cintai selain Allah azza wa-Jalla. Karena Dialah yang menghendakimu demi dirimu, tetapi selainNya menghendakimu demi dirinya.
Bila anda bisa mensirnakan nafsumu dalam situasi sunyi khalwatmu, lalu anda bergabung dengan para penempuh, maka anda menjadi bahagia bersama Allah Azza wa-Jalla. Begitu pula jika nafsu, anda biarkan dengan dunia, qalbu bersama akhirat, rahasia batin (sirr) bersama Allah Azza wa-Jalla, maka khalwatmu akan indah penuh bahagia bersama Allah Azza wa-Jalla. Namun jika khalwatmu bersama nafsumu dan lainnya, maka sesungguhnya anda sedang tidak khalwat!. Khalwat itu hanya dengan Dia Satu-satuNya. Karena anda akan menemuiNya manakala sudah membenci lainNya. Kapan anda menemukan kebeningan bersama mereka yang hatinya bersih? Kapan anda benar bersama mereka yang hatinya benar? Kapan anda ikhlas hingga anda melihat Pintu Allah Azza wa-Jalla dan Ahlullah? Bila perilaku batinmu benar-benar hakiki maka anda akan melihat Rijaalullah Azza wa-Jalla (tokoh-tokohnya Allah). Bila anda memasuki Pintu Allah Azza wa-Jalla, anda akan melihat para pelayanNya, sedang wuquf di sana.
Tapi anda tidak menginjak dan memasuki majlisNya, bagaimana anda melihat para pelayanNya, sampai anda mampu melihat PintuNya, hingga anda melihat pelayan-pelayanNya, bahkan hingga disaat itulah anda melihat Allah Azza wa-Jalla, maka anda melihat yang benar.
Anda melihat yang benar, dibebankan dan disodorkan serta dihadapkan pada anda, dan anda melihat kedustaan menolak anda dan melelapkan anda.
Maka bersamalah dengan orang-orang yang jujur dengan kebenaran, sampai anda beraktivitas dengan aktivitas mereka, maka jujurlah dalam ucapan dan tindakanmu, bersabarlah dalam seluruh perilakumu. Benar dan jujur itu adalah tauhid dan ikhlas, berserah diri pada Allah Azza wa-Jalla. Sedangkan pasrah diri hakikatnya adalah memutuskan diri dari segala bentuk sebab akibat dan ketergantungan selain Allah swt, serta hati batinmu keluar dari upaya dirimu dan kekuatanmu, manakala anda ingin bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla.
Lepaskan segala selain DiriNya, berpalinglah dari dirimu dan dari mereka. Berpalinglah dari ciptaan menuju Sang Pencipta.
Sepanjang anda masih bersama diri anda dan mereka, sepanjang itu pula anda tidak bahagia. Beribu-ribu cara, manakala masih anda campur aduk antara Allah Azza wa-Jalla dan lainNya, anda tidak bisa bertemu Allah Azza wa-Jalla.
Cara memutuskan diri anda, adalah merenungkan dan mengamalkan apa yang aku katakan, selebihnya dari kalian masuk dalam samuderaNya dan mengambil berkah atas kehadiran mereka bersamaNya.
Aku sangat berharap kalian meraih kebaikan dunia akhirat. Dunia itu penjaranya kaum beriman, jika seseorang melupakan penjaranya ia akan dapat jalan keluar. Orang beriman berada di penjara. Orang 'arif berada dalam syukurnya, karena mereka tidak pernah melihat penjara, sebab Tuhan telah memberikan minuman rindu kepadaNya hingga lupa penjaranya.
Mereka mendapatkan minuman mesra bersamaNya, minuman pencarian padaNya, meniman lupa dari makhluk dan sadar bersamaNya.
Allah memberikan tegukan demi tegukan minumanNya, lalu mereka selamat dari makhluk, dan bangun bersama Allah azza wa-Jalla, maka bersama Allah Ta'ala-lah mereka lupa dari diam diri di penjara. Sementara mereka yang terpenjara dunia, apinya siksanya didahulukan, maka syurganya adalah perlwanan pada apinya. Ridho terhadap ketentuanNya adalah syurga mereka, kealpaan adalah neraka mereka, dan sadar kepada Allah adalah syurga mereka.
Qiyamat dimata awam adalah hisab, namun bagi kalangan Khusus Ilahiyah adalah kerelaan. Bagaimana tidak demikian? Mereka telah meraih kiamat dalam diri mereka, ketika di dunia mereka menangis sebelum disiksa, maka tangisan telah membuat mereka meraih manfaat besar ketika siksaan hadir.
Sufyan ats-Tsaury ra pernah dimimpikan sepeninggalnya. Lalu ia ditanya, "Apa yang telah diberklakukan oleh Allah Ta'ala padamu?' Ia menjawab, "Allah telah menempatkan diriku di sisiNya, dan Allah Azza wa-Jalla berfirman padaku, 'Hai Sufyan ketahuilah bahwa Aku Maha Pengampun lagi Maha sayang. Engkau telah menangis dengan tangisanmu karena rasa takutmu padaKu, karena malu padaKu."
Karena itulah anda harus hijrah dari watak nafsumu dan syetanmu, dan sekali-kali berkenan pada mereka.
Jadikan para pendukung kejahatan itu sebagai musuhmu, dan jangan bergaul dengan mereka, sampai mereka berselaras denganmu dalam perilakumu.
Taubat itu adalah qalbunya kekuasaan bagi orang yang taubat, dan tidak akan berubah manakala orang belum bertaubat. Maka dustalah anda jika anda merasa berubah tapi belum taubat. Allah swt, berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada dalam kaum, hingga mereka merubah apa yang ada dalam diri mereka."
Janganlah anda menzalimi seorang pun di dunia, karena kelak akan dibalas di akhirat. Berbuatlah adil di dunia, hingga anda tetap lurus tebak dalam menempuh jalan syurga. Kedzaliman ketika dibiarkan, maka keadilan akan menyimpang dari para penegaknya. Biarkanlah segalanya pada posisinya hingga anda meraih posisi di sisi Allah Azza wa-Jalla.
Saat ini adalah akhir zaman, dan aku melihat kalian berada dalam tipudaya kalian. Aku sangat khawatir pada kalian akan perubahan dan pergeseran jiwa kalian, dan kalian melakukan perubahan itu, namun perubahan dari yang halal.
Hai makhluk Allah aku menuntut kebaikan dan manfaat secara total dari kalian, dengan harapan agar pintu neraka tertutup secara total pula, agar tak satu pun dari makhluk Allah memasukinya.
Aku memiliki harapan seperti itu karena rahmatnya Allah Azza wa-Jalla, dan kasih sayangNya yang agung pada makhlukNya. Aku aduduk di sini untuk kemashlahatan hati kalian dan pembersihannya, bukan untuk merubah pembicaraan datau membersihkan ucapan. Karena itu anda jangan lari dariku karena ucapanku yang kasar, semua demi mendidik dalam agama Allah Azza wa-Jalla. Ucapanku keras, rasa makananku kasar, tapi siapa yang lari dariku dan lari dari orang seperti aku, tidak akan bahagia. Bila adabmu buruk, maka engkau tidak akan bisa kembali ke agama. Aku tidak akan membiarkanmu, dan aku tidak bicara, lakukan itu! Aku tak peduli apakah anda hadir atau tidak hadir. Aku tidak butuh upaya, kecuali bersama Allah Azza wa-Jalla, bukan dari anda. Aku tidak kenal jumlah dan hitungan kalian, aku tidak di dalamnya. Lisan tidak berubah, tapi jiwalah yang berubah. Bukan kanan, bukan kiri, bukan depan dan bukan belakang, tetapi langkah dada bukan punggung. Mengikuti jejak para Nabi dan Rasul serta Ulama salaf. Aku terus menerus bersama mereka dalam melawan semua musuh, menuju Negeri Kedekatan padaNya.
Bertaubatlah dari dosa-dosa
dan su'ul adabmu. Taubat ini berarti membajak di bumi qalbumu. Sebuah bangunan di qalbumu akan merobohkan bangunan-bangunan syetan. Tegakkan bangunan Ar-Rahman, dan aku mempertemukan kalian dengan Tuhan dan Rabb kalian. Aku berdiri tegak dengan lubuk batin, bukan dengan kulit. Yang lahiriah ini sekadar kulit, aku tidak akan sibuk-sibuk mendidik kulitmu, tetapi aku hanya akan mendidik batinmu. Singkirkan kulitmu, dan aku akan mendidikmu, hingga matahati Nabimu merasakan sejuk bersama kalian.
Anak-anak sekalian. Jangan sampai kalian bersamaku demi dunia, bersamalah denganku demi akhirat saja. Jika benar pergaulanmu denganku demi akhirat, maka dunia bakal datang kepadamu, mengikutimu, dan anda bisa meraihnya sekadar cukup saja. Dan aku menjamin kalian, dan yang sekadar cukup itu membuatmu tidak terhisab.
Dahulukan akhirat atas dunia, dahulukan yang dzohir atas yang lahir, dahulukan yang benar atas yang batil, Yang Baqa' atas yang fana'. Tinggalkan semua, dan ambillah. Tapi jangan kalian ambil dengan tangan watak hawa nafsu, ambillah dengan tangan batin dan rahasia batin. Tinggalkan meraih apa yang dari makhluk, raihlah yang dari Sang Kholiq. Taatlah pada Rasul, terimalah apa yang dating darinya berupa perintah dan larangan. Allah swt berfirman:
"Apa yang datang dari Rasul, maka ambillah darinya dan apa yang dilarang Rasul, maka hindarilah." (Al-Hijr:7).
Jadilah kalian ini ksatria pemberani manakala menjalankan perintah Allah Azza wa-Jalla dan RasulNya, dan jadilah anda ini orang yang sakit ketika berhadapan dengan larangan keduanya, dan jadilah kalian orang mati ketika ketentuan dan takdirNya tiba. Disamping itu, kalian harus bergaul dengan sesama dengan akhlak terbaik. Jangan sampai anda menuntut dari Allah Azza wa-Jallan tanpa pengetahuan dariNya bagi anda, dan berselaraslah dengan aturan dan takdirNya yang ada pada diri anda maupun orang lain. Nabi saw, bersabda:
"Ketika Allah Azza wa-Jalla mencipta Qolam, maka Allah berfirman pada qolam itu,"Tulislah!". Qolam menjawab, "Apa yang harus aku tulis?". Allah Azza wa-Jalla berfirman, "Tulislah ketentuanKu untuk makhlukKu sampai hari qiyamat." (Hr. Thabrani).
Hai orang yang hatinya mati! Wahai orang nafsunya hidup! Hati kalian telah mati, dan bila kalian berada dalam derita dukanya itu lebih baik ketimbang berada dalam duka selain dirimu. Kematian hati adalah alpanya dari Allah Azza wa-Jalla, alpa dari dzikir padaNya. Siapa yang hendak menghidupkan hatinya, maka biarkanlah dzikrullah Azza wa-Jalla dan bahagia bersamaNya ada di hatinya, disamping memandang kekuasan dan keagunganNya, serta tindakanNya terhadap makhlukNya.
Anak-anak sekalian! Ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla, pertama-tama dengan qalbumu, lalu dengan lisanmu. Dzikirlah seribu kali dalam hatimu, sekali dalam lisanmu. Dzikirlah ketika bahaya tiba dengan kesabaran. Dzikirlah dengan meninggalkan dunia, ketika dunia tiba, dan menerima akhirat ketika akhirat tiba, dan berdzikirlah dengan tauhid ketika Allah Azza wa-Jalla tiba, dan berdzikir dengan cara kontra kepada segala hal selain Allah Azza wa-Jalla.
Bila anda melepaskan dukungan nafsu anda dan anda lemparkan, maka nafsu anda akan dikendalikan oleh kendali wara'. Maka tinggalkanlah, "Kata ini kata itu…".Mengingat mati bisa menjernihkan qalbumu dan membencikan pada duniamu dan makhluk lainnya. Bila tirai telah terbuka bagi hatimu, maka anda akan melihat makhluk semuanya fana', mati, hancur, lemah, tak ada yang mengancam anda dan tidak ada yang memberi manfaat pada anda.
sufi news.com
Kendalikan dirimu, nafsumu, watakmu dengan puasa dan sholat da'im dan kesabaran yang da'im pula. Bila hamba benar dalam menata dirinya dan hawa nafsu dan
wataknya, maka hanya ada dia dan tuhannya tanpa sedikit pun ada kontaminasi, hingga yang ada hanya qalbu, sirr dan Tuhannya yang menghampar begitu luas, tanpa kesempitan, penuh rasa sehat tanpa rasa sakit. Karena itu pakailah akal sehatmu, raihlah ilmu, amalkan, dan ikhlaslah dalam beramal.
Anak-anak sekalian. Belajarlah dari makhluk, lalu belajarlah dari Sang Khaliq, sebagaimana Nabi saw, bersabda:
"Siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah mewariskan ilmu belum pernah ia ketahui sebelumnya." (Ditkahrij Az-Zubaidy).
Anda harus belajar dari makhluk dulu, baru kepada Al-Khaliq, yaitu anda meraih Ilmu Ladunni, suatu ilmu yang dikhususkan dalam rahasia qalbu, yang kelak menjadi rahasia batin. Bagaimana anda bisa belajar sesuatu tanpa guru? Sedangkan anda berada di rumah Hikmah. Karenanya carilah ilmu, karena mencari ilmu itu fardhu, sebagaimana Nabi saw, bersabda: “Carilah ilmu walau sampai ke China.” (Ditkahrij Adz-Dzahaby).
Anak-anak sekalian, bergurulah kepada orang yang bisa menolong untuk memerangi hawa nafsu anda, bukan pada orang yang menolong nafsu untuk mencelakakanmu. Bila anda belajar pada guru yang bodoh dan munafik, yang memiliki watak dan hawa nafsu, maka ia justru akan menyeret anda pada hawa nafsu itu.
Para guru ruhani itu tidak bersahabat dengan dunia, namun bersahabat dengan akhirat. Bila seorang syeikh senang dengan naluri wataknya dan hawa nafsunya berarti ia sahabat dunia. Bila ia senang dengan qalbunya maka ia sahabat akhirat. Namun bila ia senang dan empunya rahasia batinnya (sirr) maka ia adalah sahabat Tuhan.
Wahai orang yang sok menjadi guru ruhani! Keluarlah dan bergaullah dengan para syeikh yang mukhlis dalam perilaku mereka. Manakala anda masih terus mencari dunia dengan nafsu anda, berambisi dengan hawa kesenangan anda, sesungguhnya anda adalah anak-anak, benar-benar naluri watak murni. Nafsu harus di kendalikan dari dunia dengan berbagai upaya, bukan keterpaksaan, atau nafsu harus mengikuti qalbu, jauh dan jauh dari dunia dan kesenangannya. Nafsu meraih haknya manakala ia sudah buta dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla.
Apabila seorang hamba mulai dekat dengan Allah Azza wa-Jalla, akan banyak kegelisahan dan rasa takutnya. Itulah kenapa, seseorang lebih takut pada menterinya dibanding pada rajanya, karena menteri adalah orang yang paling dekat dengan raja.
Orang mukmin tidak akan pernah sampai kepadaNya kecuali dengan keikhlasan. Inilah kaum sufi senantiasa gelisah sepanjang ia belum bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla. Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla rasa takutnya akan sangat kuat, dan itulah yang disabdakan Nabi saw: "Akulah yang paling mengenal Allah diantara kalian, dan yang paling amat takut kepadaNya." (Al-'Ajluny).
Allah Azza wa-Jalla senantiasa memberi ujian pada para Auliya' Nya agar mereka terus-menerus membersihkan dirinya, bahwa mereka selamanya berada dalam langkah rasa takut jika berubah, berpindah. Mereka terus merasa takut walaupun kondisinya sangat aman. Bereka bergentar walau pun mereka telah diberi ketentraman. Mereka terus mendebat nafsunya, walau nafsu itu sebesar biji atom, sebesar biji bayam dan alpa yang ringan saja. Ketika mereka merasa tenang mereka justru terbang. Ketika mereka merasa cukup justru mereka gugah kefakirannya. Ketika mereka merasa aman, justru mereka bangkitkan rasa takut. Ketika mereka diberi anugerah justru mereka merasa terhadang. Ketika mereka gurau tertawa justru mereka menangis. Ketika mereka bergembira, malah mereka bangkitkan susahnya. Mereka sangat kawatir akan rekayasa tipudaya yang berbalik dan akibat yang buruk, karena mereka tahu bahwa Tuhan mereka berfirman: "Allah tidak ditanya apa yang dilakukanNya, namun merekalah yang ditanya…" (Al-Ambiya': 23)
Anda wahai orang yang alpa! Justru pamer maksiat dan kontra kepada Allah Azza wa-Jalla, sementara anda malah merasa nyaman. Dalam waktu dekat, rasa amanmu akan berubah menjadi ketakutan, rasa luang lapangmu akan berubah menjadi sempit, rasa muliamu akan menjadi hina, rasa luhurmu akan menjadi rendah, rasa kayamu akan menjadi miskin.
Ingatlah bahwa rasa amanmu di hari kiamat dari siksa Allah Azza wa-Jalla, diukur dengan rasa takutmu kepada Allah azza wa-Jalla di dunia, dan rasa takutmu kepada Allah Azza wa-Jalla di akhirat tergantung rasa amanmu di dunia, namun justru anda tenggelam di dunia dan tercebur di sumur kealpaan.
Maka hidupmu sungguh seperti binatang, tidak kenal kecuali hanya kenal makan, minum, seks, dan tidur. Secara lahiriyah, prilakumu seperti mereka yang ahli dalam pembersihan qalbu, tetapi batinmu penuh dengan ambisi duniawi, menumpuk harta dan memburu rizki, hingga telah menutup pintumu untuk menuju Allah Azza wa-Jalla.
Wahai orang yang diseret oleh kehinaan ambisinya, bila anda dan penduduk bumi, bila sesuatu ditarik untukmu, pasti anda belum merasa terbagi. Maka tinggalkanlah ambisi untuk meraih sesuatu yang sebenarnya sudah terbagi bagimu, tinggalkan mencari sesuatu yang belum terbagi untukmu.
Bagaimana orang yang berakal sehat memperbaiki zamannya yang sudah hilang? Maka keluarkanlah makhluk dari hatimu. Lalu jangan kau pandang mereka, dalam bahaya, manfaat, pemberiaan dan hambatan, begitu juga jangan kau pandang pujian, cacian, pengghormatan dan penghinaan mereka, penerimaan dan tolakan mereka. Yakinlah bahwa bahaya dan manfaat itu dari Allah Azza wa-Jalla, baik dan buruk ada di tanganNya, yang ditarikNya untuk penguatan pada makhluk. Bila hal demikian terwujud, anda telah berada di antara Khaliq dan makhluk, anda memandang mereka sekaan-akan mereka tidak ada, bila disandarkan pada anda. Anda pun memandang ahli maksiat, dengan pandangan mata kegilaan dan kebodohan, lalu anda mendidik mereka, mengobati mereka dan sabar atas kepedihan yang ditimpakan pada anda dari mereka, dan kebodohan mereka.
Orang yang taat kepada Tuhannya Azza wa-Jalla adalah para Ulama' yang berakal sehat. Dan mereka yang bermaksiat kepada Tuhannya adalah mereka yang gila dan bodoh. Tukang maksiat bebarti bodoh terhadap Tuhannya, lalu ia ingkar padaNya dan patuh pada syetannya, berserasi dengan para syetan. Bila saja mereka tidak bodoh, pasti mereka tidak maksiat padaNya. Dan kalau toh mereka mengenal nafsunya, dan ia tahu bahwa nafsunya memerintahkan bebruat buruk, pasti ia tidak berserasi dengan nafsu itu.
Sudah berapa kali aku peringatkan anda dari ancaman Iblis dan para pendukungnya, tetapi anda malah bersahabat dengannya. Bahkan anda pelihara pendukung-pendukungnya, hawa nafsu, dunia, watak-wataknya dan sejumlah pendukung jahat lainnya.
Anda harus menghindari semua itu. Karena semua itu adalah musuhmu. Karena tidak ada yang anda cintai selain Allah azza wa-Jalla. Karena Dialah yang menghendakimu demi dirimu, tetapi selainNya menghendakimu demi dirinya.
Bila anda bisa mensirnakan nafsumu dalam situasi sunyi khalwatmu, lalu anda bergabung dengan para penempuh, maka anda menjadi bahagia bersama Allah Azza wa-Jalla. Begitu pula jika nafsu, anda biarkan dengan dunia, qalbu bersama akhirat, rahasia batin (sirr) bersama Allah Azza wa-Jalla, maka khalwatmu akan indah penuh bahagia bersama Allah Azza wa-Jalla. Namun jika khalwatmu bersama nafsumu dan lainnya, maka sesungguhnya anda sedang tidak khalwat!. Khalwat itu hanya dengan Dia Satu-satuNya. Karena anda akan menemuiNya manakala sudah membenci lainNya. Kapan anda menemukan kebeningan bersama mereka yang hatinya bersih? Kapan anda benar bersama mereka yang hatinya benar? Kapan anda ikhlas hingga anda melihat Pintu Allah Azza wa-Jalla dan Ahlullah? Bila perilaku batinmu benar-benar hakiki maka anda akan melihat Rijaalullah Azza wa-Jalla (tokoh-tokohnya Allah). Bila anda memasuki Pintu Allah Azza wa-Jalla, anda akan melihat para pelayanNya, sedang wuquf di sana.
Tapi anda tidak menginjak dan memasuki majlisNya, bagaimana anda melihat para pelayanNya, sampai anda mampu melihat PintuNya, hingga anda melihat pelayan-pelayanNya, bahkan hingga disaat itulah anda melihat Allah Azza wa-Jalla, maka anda melihat yang benar.
Anda melihat yang benar, dibebankan dan disodorkan serta dihadapkan pada anda, dan anda melihat kedustaan menolak anda dan melelapkan anda.
Maka bersamalah dengan orang-orang yang jujur dengan kebenaran, sampai anda beraktivitas dengan aktivitas mereka, maka jujurlah dalam ucapan dan tindakanmu, bersabarlah dalam seluruh perilakumu. Benar dan jujur itu adalah tauhid dan ikhlas, berserah diri pada Allah Azza wa-Jalla. Sedangkan pasrah diri hakikatnya adalah memutuskan diri dari segala bentuk sebab akibat dan ketergantungan selain Allah swt, serta hati batinmu keluar dari upaya dirimu dan kekuatanmu, manakala anda ingin bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla.
Lepaskan segala selain DiriNya, berpalinglah dari dirimu dan dari mereka. Berpalinglah dari ciptaan menuju Sang Pencipta.
Sepanjang anda masih bersama diri anda dan mereka, sepanjang itu pula anda tidak bahagia. Beribu-ribu cara, manakala masih anda campur aduk antara Allah Azza wa-Jalla dan lainNya, anda tidak bisa bertemu Allah Azza wa-Jalla.
Cara memutuskan diri anda, adalah merenungkan dan mengamalkan apa yang aku katakan, selebihnya dari kalian masuk dalam samuderaNya dan mengambil berkah atas kehadiran mereka bersamaNya.
Aku sangat berharap kalian meraih kebaikan dunia akhirat. Dunia itu penjaranya kaum beriman, jika seseorang melupakan penjaranya ia akan dapat jalan keluar. Orang beriman berada di penjara. Orang 'arif berada dalam syukurnya, karena mereka tidak pernah melihat penjara, sebab Tuhan telah memberikan minuman rindu kepadaNya hingga lupa penjaranya.
Mereka mendapatkan minuman mesra bersamaNya, minuman pencarian padaNya, meniman lupa dari makhluk dan sadar bersamaNya.
Allah memberikan tegukan demi tegukan minumanNya, lalu mereka selamat dari makhluk, dan bangun bersama Allah azza wa-Jalla, maka bersama Allah Ta'ala-lah mereka lupa dari diam diri di penjara. Sementara mereka yang terpenjara dunia, apinya siksanya didahulukan, maka syurganya adalah perlwanan pada apinya. Ridho terhadap ketentuanNya adalah syurga mereka, kealpaan adalah neraka mereka, dan sadar kepada Allah adalah syurga mereka.
Qiyamat dimata awam adalah hisab, namun bagi kalangan Khusus Ilahiyah adalah kerelaan. Bagaimana tidak demikian? Mereka telah meraih kiamat dalam diri mereka, ketika di dunia mereka menangis sebelum disiksa, maka tangisan telah membuat mereka meraih manfaat besar ketika siksaan hadir.
Sufyan ats-Tsaury ra pernah dimimpikan sepeninggalnya. Lalu ia ditanya, "Apa yang telah diberklakukan oleh Allah Ta'ala padamu?' Ia menjawab, "Allah telah menempatkan diriku di sisiNya, dan Allah Azza wa-Jalla berfirman padaku, 'Hai Sufyan ketahuilah bahwa Aku Maha Pengampun lagi Maha sayang. Engkau telah menangis dengan tangisanmu karena rasa takutmu padaKu, karena malu padaKu."
Karena itulah anda harus hijrah dari watak nafsumu dan syetanmu, dan sekali-kali berkenan pada mereka.
Jadikan para pendukung kejahatan itu sebagai musuhmu, dan jangan bergaul dengan mereka, sampai mereka berselaras denganmu dalam perilakumu.
Taubat itu adalah qalbunya kekuasaan bagi orang yang taubat, dan tidak akan berubah manakala orang belum bertaubat. Maka dustalah anda jika anda merasa berubah tapi belum taubat. Allah swt, berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada dalam kaum, hingga mereka merubah apa yang ada dalam diri mereka."
Janganlah anda menzalimi seorang pun di dunia, karena kelak akan dibalas di akhirat. Berbuatlah adil di dunia, hingga anda tetap lurus tebak dalam menempuh jalan syurga. Kedzaliman ketika dibiarkan, maka keadilan akan menyimpang dari para penegaknya. Biarkanlah segalanya pada posisinya hingga anda meraih posisi di sisi Allah Azza wa-Jalla.
Saat ini adalah akhir zaman, dan aku melihat kalian berada dalam tipudaya kalian. Aku sangat khawatir pada kalian akan perubahan dan pergeseran jiwa kalian, dan kalian melakukan perubahan itu, namun perubahan dari yang halal.
Hai makhluk Allah aku menuntut kebaikan dan manfaat secara total dari kalian, dengan harapan agar pintu neraka tertutup secara total pula, agar tak satu pun dari makhluk Allah memasukinya.
Aku memiliki harapan seperti itu karena rahmatnya Allah Azza wa-Jalla, dan kasih sayangNya yang agung pada makhlukNya. Aku aduduk di sini untuk kemashlahatan hati kalian dan pembersihannya, bukan untuk merubah pembicaraan datau membersihkan ucapan. Karena itu anda jangan lari dariku karena ucapanku yang kasar, semua demi mendidik dalam agama Allah Azza wa-Jalla. Ucapanku keras, rasa makananku kasar, tapi siapa yang lari dariku dan lari dari orang seperti aku, tidak akan bahagia. Bila adabmu buruk, maka engkau tidak akan bisa kembali ke agama. Aku tidak akan membiarkanmu, dan aku tidak bicara, lakukan itu! Aku tak peduli apakah anda hadir atau tidak hadir. Aku tidak butuh upaya, kecuali bersama Allah Azza wa-Jalla, bukan dari anda. Aku tidak kenal jumlah dan hitungan kalian, aku tidak di dalamnya. Lisan tidak berubah, tapi jiwalah yang berubah. Bukan kanan, bukan kiri, bukan depan dan bukan belakang, tetapi langkah dada bukan punggung. Mengikuti jejak para Nabi dan Rasul serta Ulama salaf. Aku terus menerus bersama mereka dalam melawan semua musuh, menuju Negeri Kedekatan padaNya.
Bertaubatlah dari dosa-dosa
dan su'ul adabmu. Taubat ini berarti membajak di bumi qalbumu. Sebuah bangunan di qalbumu akan merobohkan bangunan-bangunan syetan. Tegakkan bangunan Ar-Rahman, dan aku mempertemukan kalian dengan Tuhan dan Rabb kalian. Aku berdiri tegak dengan lubuk batin, bukan dengan kulit. Yang lahiriah ini sekadar kulit, aku tidak akan sibuk-sibuk mendidik kulitmu, tetapi aku hanya akan mendidik batinmu. Singkirkan kulitmu, dan aku akan mendidikmu, hingga matahati Nabimu merasakan sejuk bersama kalian.
Anak-anak sekalian. Jangan sampai kalian bersamaku demi dunia, bersamalah denganku demi akhirat saja. Jika benar pergaulanmu denganku demi akhirat, maka dunia bakal datang kepadamu, mengikutimu, dan anda bisa meraihnya sekadar cukup saja. Dan aku menjamin kalian, dan yang sekadar cukup itu membuatmu tidak terhisab.
Dahulukan akhirat atas dunia, dahulukan yang dzohir atas yang lahir, dahulukan yang benar atas yang batil, Yang Baqa' atas yang fana'. Tinggalkan semua, dan ambillah. Tapi jangan kalian ambil dengan tangan watak hawa nafsu, ambillah dengan tangan batin dan rahasia batin. Tinggalkan meraih apa yang dari makhluk, raihlah yang dari Sang Kholiq. Taatlah pada Rasul, terimalah apa yang dating darinya berupa perintah dan larangan. Allah swt berfirman:
"Apa yang datang dari Rasul, maka ambillah darinya dan apa yang dilarang Rasul, maka hindarilah." (Al-Hijr:7).
Jadilah kalian ini ksatria pemberani manakala menjalankan perintah Allah Azza wa-Jalla dan RasulNya, dan jadilah anda ini orang yang sakit ketika berhadapan dengan larangan keduanya, dan jadilah kalian orang mati ketika ketentuan dan takdirNya tiba. Disamping itu, kalian harus bergaul dengan sesama dengan akhlak terbaik. Jangan sampai anda menuntut dari Allah Azza wa-Jallan tanpa pengetahuan dariNya bagi anda, dan berselaraslah dengan aturan dan takdirNya yang ada pada diri anda maupun orang lain. Nabi saw, bersabda:
"Ketika Allah Azza wa-Jalla mencipta Qolam, maka Allah berfirman pada qolam itu,"Tulislah!". Qolam menjawab, "Apa yang harus aku tulis?". Allah Azza wa-Jalla berfirman, "Tulislah ketentuanKu untuk makhlukKu sampai hari qiyamat." (Hr. Thabrani).
Hai orang yang hatinya mati! Wahai orang nafsunya hidup! Hati kalian telah mati, dan bila kalian berada dalam derita dukanya itu lebih baik ketimbang berada dalam duka selain dirimu. Kematian hati adalah alpanya dari Allah Azza wa-Jalla, alpa dari dzikir padaNya. Siapa yang hendak menghidupkan hatinya, maka biarkanlah dzikrullah Azza wa-Jalla dan bahagia bersamaNya ada di hatinya, disamping memandang kekuasan dan keagunganNya, serta tindakanNya terhadap makhlukNya.
Anak-anak sekalian! Ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla, pertama-tama dengan qalbumu, lalu dengan lisanmu. Dzikirlah seribu kali dalam hatimu, sekali dalam lisanmu. Dzikirlah ketika bahaya tiba dengan kesabaran. Dzikirlah dengan meninggalkan dunia, ketika dunia tiba, dan menerima akhirat ketika akhirat tiba, dan berdzikirlah dengan tauhid ketika Allah Azza wa-Jalla tiba, dan berdzikir dengan cara kontra kepada segala hal selain Allah Azza wa-Jalla.
Bila anda melepaskan dukungan nafsu anda dan anda lemparkan, maka nafsu anda akan dikendalikan oleh kendali wara'. Maka tinggalkanlah, "Kata ini kata itu…".Mengingat mati bisa menjernihkan qalbumu dan membencikan pada duniamu dan makhluk lainnya. Bila tirai telah terbuka bagi hatimu, maka anda akan melihat makhluk semuanya fana', mati, hancur, lemah, tak ada yang mengancam anda dan tidak ada yang memberi manfaat pada anda.
sufi news.com
Terapi riya
Apabila Anda telah mengenal esensi riya’ sedemikian rupa, dan begitu banyak celah-celahnya, Anda harus segera mencari terapinya. Di antara terapinya, untuk melawan faktor-faktor penyebab riya’ (cinta pujian; takut dicaci; dan tamak) sebagai berikut:
Terapi cinta pujian, seperti orang yang menerjang barisan musuh agar dipuji sebagai pemberani atau menampakkan semangat ibadat agar dipuji sebagai wara’; maka, terapinya sama dengan terapi cinta tahta.ia harus tahu bahwa cinta pujian itu hanya semu, bukan hal yang hakiki. Dalam konteks riya’, khususnya, la harus mengikrarkan dirinya bahwa riya’ mengandung bahaya. Madu, walaupun sangat manis, apabila terkena racun, sisanya akan rusak.
Seorang hamba harus ikrar kepada diri sendiri, bahwa pada saat miskinnya, akibat riya’ tersebut, sering dipanggil, “Hai pengecut, hai penyimpang, kamu telah menghina Allah swt, kamu lebih dekat dengan hamba-hamba-Nya, dan lebih cinta mereka. Kamu telah membeli pujian mereka dengan caci-maki Allah swt, kamu telah mencari ridha mereka dengan dendam Allah swt.; Adakah yang lebih mulia di sisimu daripada Allah swt.?”
Rasanya tidak ada lagi tindak preventif terhadap riya’; kecuali cacian yang memalukan seperti itu. Bagaimana tidak? Karena riya’ merupakan perbuatan yang mengumpulkan berbagai siksaan dan menghapus ibadat. Riya’ telah mengunggulkan keburukan, setelah sang hamba menghimpun kebaikan. Dan riya’ itulah yang menyebabkan hancurnya amal.
Seorang hamba hendaknya ikrar kepada diri sendiri, bahwa mencari ridha manusia, tidak akan pernah dicapainya. Siapa yang mencari ridha manusia dengan dendam Allah swt, Dia akan mendendamnya. Bagaimana jadinya, meninggalkan ridha Allah dengan ganti sesuatu yang tidak pernah diraihnya?
Terapi atas motivasi riya’ berikutnya adalah motivasi takut dicaci-maki. Seorang hamba harus ikrar kepada dirinya, bahwa caci-maki orang tersebut tidak berbahaya, apabila memang terpuji di sisi Allah swt. Dia tidak boleh menentang cacian dan murka Allah swt. demi menghindari cacian manusia.
Kalau saja orang-orang itu mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam hatinya, yang dipenuhi riya’, pasti mereka murka. Allah pun menolaknya, apalagi bila rahasia riya’nya terbongkar, manusia akan murka kepadanya, setelah mendapat murka Allah swt. karena kemunafikannya.
Sebaliknya bila la ikhlas, walaupun orang-orang menentang, tetapi lebih memprioritaskan pandangan Allah swt, pasti tersingkap keikhlasan itu dan orang-orang itu kelak juga akan menyenanginya.
Anda mungkin masih bertanya, “Saya telah ikrarkan semua itu pada diri saya, hati saya telah lari dari riya’, namun kadang-kadang riya’ muncul secara tiba-tiba dalam sebagian ibadat saya, di saat orang lain melihat. Bagaimana terapinya?”
Ketahuilah, terapinya secara mendasar, Anda harus menyamarkan ibadat Anda, seperti Anda menyembunyikan perbuatan buruk Anda. Anda pasti selamat.
Diriwayatkan, bahwa sebagian murid Abu Hafsh Al-Haddad mencaci dunia dan para pengabdi dunia. Maka Abu Hafsh berkata kepada murid tersebut, “Engkau menampakkan jalan yang engkau tempuh yang seharusnya engkau samarkan. Sejak saat ini jangan menghadiri majelis kami.”
Menyamarkan ibadat, terasa berat pada permulaannya. Manakala telah menjadi biasa, akan melunakkan watak dalam kelezatan munajat saat khalwat.
Apabila muncul riya’ seketika, terapinya adalah Anda memperbarui hati sebagaimana semula, dengan mengetahui bahwa riya’ akan menimbulkan murka Allah swt.
Disamping itu orang lain amat lemah, dan tidak memberi manfaat serta madharat karena riya’ Anda. Sehingga Anda benci dengan riya’ tersebut.
Nafsu, memang mengajak berlaku riya’ dengan pura-pura beramal sebaik-baiknya, dan merasa gembira dengan amal tersebut. Sementara sikap membenci riya’, akan menolak dan menentang tindakan seperti itu. Tentunya, orang yang kuat hatinya mampu menguasai dirinya.
Jika rasa benci yang bisa menghalangi kecenderungan riya’ dari diri Anda, sehingga Anda lebih memprioritaskan perilaku seperti itu, tidak lebih dan tidak kurang, tidak dipaksa untuk menampakkan perbuatan, Anda telah mampu membendung dosa. Selebihnya Anda tidak dibebani oleh tindakan lain. Sementara menolak bisikan-bisikan dari naluri yang cenderung pada tanggapan manusia, tidak dikategorikan taklif. Taklif di sini hanya terbatas pada sikap benci dan menolak dari ajakan-ajakan riya’.
Adapun menampakkan ketaatan, agar diikuti orang lain, dan untuk memberi semangat taat bagi mereka, apabila niatnya benar, tidak diiringi nafsu yang tersembunyi, masih ditolerir. Tanda-tandanya, la bisa mengukur orang lain, apabila mereka mengikuti salah satu pengikutnya dan cukup sekadar bertujuan memotivasi agar senang taat saja, dan diberi informasi jika pahala ibadat dengan samar sama pahalanya dengan terang-terangan, maka ia jangan menyenangi ibadat yang terang-terangan di hadapan orang lain.
Tetapi jika ia punya tendensi agar pengikutnya lebih banyak, berarti ada motif riya’nya. Sebab jika motivasinya adalah rasa bahagia karena orang lain, la akan mendapatkan yang lain, dan tidak ada yang diperoleh, kecuali penonjolan diri saja.
Diperkenankan pula menutupi dosa dan kemaksiatan yang pernah dilakukan, dengan syarat tujuannya tidak untuk disangka sebagai orang wara’ atau fasik. Tidak mengapa, bila ia merasa senang kalau kemaksiatan dan kesedihannya tertutupi. Senang karena Allah telah menutupi cacatnya, ataupun karena relevan dengan perintah Allah, dimana Allah senang bila kemaksiatan itu tersembunyikan, dan melarang untuk ditonjolkan kepada orang lain.
Ataupun karena tidak senang bila dicaci orang lain, yang membuatnya sedih. Sebab merasa sedih karena cacian orang lain itu tidak haram. Bahkan sedih semacam itu memang naluriah.
Yang diharamkan justru merasa gembira dengan pujian orang terhadap dirinya karena ibadatnya. Rasa gembira itu sudah seperti pahala yang telah diambil dari ibadatnya (karena itu, tidak ada pahala lagi).
Kadang-kadang menyembunyikan dosanya karena merasa malu jika tampak perbuatannya. Rasa malu itu bukanlah riya’. Tetapi, kadang-kadang rasa malu memang bercampur riya’. Sedangkan meninggalkan ketaatan karena takut riya’, sungguh tidak beralasan.
Al-Fudhail berkata, “Riya’ adalah meninggalkan amal karena takut riya’. Sementara amal karena tendensi terhadap orang lain adalah syirik” Seharusnya la tetap beramal dan ikhlas melakukannya. Kecuali amal yang berkaitan dengan orang banyak, seperti dalam pengadilan, kepemimpinan dan nasihat.
Apabila dirinya sudah terlibat di dalam amaliah tersebut, kemudian tidak mampu menguasai diri, bahkan condong pada nafsu, la harus berpaling dan menjauhi. Begitulah yang dilakukan kalangan salaf.
Ibadat salat dan zakat juga tidak bisa ditinggalkan, kecuali secara mendasar memang tidak diniati ibadat. Bahkan kalau semata karena riya’, ibadatnya tidak sah, dan harus ditinggalkan.
Bagi yang sudah melakukan tradisi ibadatnya, tiba-tiba muncul kekhawatiran riya’ karena hadirnya orang banyak, ibadatnya tidak boleh ditinggalkan. Hendaknya orang tersebut berjuang melawan dorongan riya’nya.
sufi news.com
Terapi cinta pujian, seperti orang yang menerjang barisan musuh agar dipuji sebagai pemberani atau menampakkan semangat ibadat agar dipuji sebagai wara’; maka, terapinya sama dengan terapi cinta tahta.ia harus tahu bahwa cinta pujian itu hanya semu, bukan hal yang hakiki. Dalam konteks riya’, khususnya, la harus mengikrarkan dirinya bahwa riya’ mengandung bahaya. Madu, walaupun sangat manis, apabila terkena racun, sisanya akan rusak.
Seorang hamba harus ikrar kepada diri sendiri, bahwa pada saat miskinnya, akibat riya’ tersebut, sering dipanggil, “Hai pengecut, hai penyimpang, kamu telah menghina Allah swt, kamu lebih dekat dengan hamba-hamba-Nya, dan lebih cinta mereka. Kamu telah membeli pujian mereka dengan caci-maki Allah swt, kamu telah mencari ridha mereka dengan dendam Allah swt.; Adakah yang lebih mulia di sisimu daripada Allah swt.?”
Rasanya tidak ada lagi tindak preventif terhadap riya’; kecuali cacian yang memalukan seperti itu. Bagaimana tidak? Karena riya’ merupakan perbuatan yang mengumpulkan berbagai siksaan dan menghapus ibadat. Riya’ telah mengunggulkan keburukan, setelah sang hamba menghimpun kebaikan. Dan riya’ itulah yang menyebabkan hancurnya amal.
Seorang hamba hendaknya ikrar kepada diri sendiri, bahwa mencari ridha manusia, tidak akan pernah dicapainya. Siapa yang mencari ridha manusia dengan dendam Allah swt, Dia akan mendendamnya. Bagaimana jadinya, meninggalkan ridha Allah dengan ganti sesuatu yang tidak pernah diraihnya?
Terapi atas motivasi riya’ berikutnya adalah motivasi takut dicaci-maki. Seorang hamba harus ikrar kepada dirinya, bahwa caci-maki orang tersebut tidak berbahaya, apabila memang terpuji di sisi Allah swt. Dia tidak boleh menentang cacian dan murka Allah swt. demi menghindari cacian manusia.
Kalau saja orang-orang itu mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam hatinya, yang dipenuhi riya’, pasti mereka murka. Allah pun menolaknya, apalagi bila rahasia riya’nya terbongkar, manusia akan murka kepadanya, setelah mendapat murka Allah swt. karena kemunafikannya.
Sebaliknya bila la ikhlas, walaupun orang-orang menentang, tetapi lebih memprioritaskan pandangan Allah swt, pasti tersingkap keikhlasan itu dan orang-orang itu kelak juga akan menyenanginya.
Anda mungkin masih bertanya, “Saya telah ikrarkan semua itu pada diri saya, hati saya telah lari dari riya’, namun kadang-kadang riya’ muncul secara tiba-tiba dalam sebagian ibadat saya, di saat orang lain melihat. Bagaimana terapinya?”
Ketahuilah, terapinya secara mendasar, Anda harus menyamarkan ibadat Anda, seperti Anda menyembunyikan perbuatan buruk Anda. Anda pasti selamat.
Diriwayatkan, bahwa sebagian murid Abu Hafsh Al-Haddad mencaci dunia dan para pengabdi dunia. Maka Abu Hafsh berkata kepada murid tersebut, “Engkau menampakkan jalan yang engkau tempuh yang seharusnya engkau samarkan. Sejak saat ini jangan menghadiri majelis kami.”
Menyamarkan ibadat, terasa berat pada permulaannya. Manakala telah menjadi biasa, akan melunakkan watak dalam kelezatan munajat saat khalwat.
Apabila muncul riya’ seketika, terapinya adalah Anda memperbarui hati sebagaimana semula, dengan mengetahui bahwa riya’ akan menimbulkan murka Allah swt.
Disamping itu orang lain amat lemah, dan tidak memberi manfaat serta madharat karena riya’ Anda. Sehingga Anda benci dengan riya’ tersebut.
Nafsu, memang mengajak berlaku riya’ dengan pura-pura beramal sebaik-baiknya, dan merasa gembira dengan amal tersebut. Sementara sikap membenci riya’, akan menolak dan menentang tindakan seperti itu. Tentunya, orang yang kuat hatinya mampu menguasai dirinya.
Jika rasa benci yang bisa menghalangi kecenderungan riya’ dari diri Anda, sehingga Anda lebih memprioritaskan perilaku seperti itu, tidak lebih dan tidak kurang, tidak dipaksa untuk menampakkan perbuatan, Anda telah mampu membendung dosa. Selebihnya Anda tidak dibebani oleh tindakan lain. Sementara menolak bisikan-bisikan dari naluri yang cenderung pada tanggapan manusia, tidak dikategorikan taklif. Taklif di sini hanya terbatas pada sikap benci dan menolak dari ajakan-ajakan riya’.
Adapun menampakkan ketaatan, agar diikuti orang lain, dan untuk memberi semangat taat bagi mereka, apabila niatnya benar, tidak diiringi nafsu yang tersembunyi, masih ditolerir. Tanda-tandanya, la bisa mengukur orang lain, apabila mereka mengikuti salah satu pengikutnya dan cukup sekadar bertujuan memotivasi agar senang taat saja, dan diberi informasi jika pahala ibadat dengan samar sama pahalanya dengan terang-terangan, maka ia jangan menyenangi ibadat yang terang-terangan di hadapan orang lain.
Tetapi jika ia punya tendensi agar pengikutnya lebih banyak, berarti ada motif riya’nya. Sebab jika motivasinya adalah rasa bahagia karena orang lain, la akan mendapatkan yang lain, dan tidak ada yang diperoleh, kecuali penonjolan diri saja.
Diperkenankan pula menutupi dosa dan kemaksiatan yang pernah dilakukan, dengan syarat tujuannya tidak untuk disangka sebagai orang wara’ atau fasik. Tidak mengapa, bila ia merasa senang kalau kemaksiatan dan kesedihannya tertutupi. Senang karena Allah telah menutupi cacatnya, ataupun karena relevan dengan perintah Allah, dimana Allah senang bila kemaksiatan itu tersembunyikan, dan melarang untuk ditonjolkan kepada orang lain.
Ataupun karena tidak senang bila dicaci orang lain, yang membuatnya sedih. Sebab merasa sedih karena cacian orang lain itu tidak haram. Bahkan sedih semacam itu memang naluriah.
Yang diharamkan justru merasa gembira dengan pujian orang terhadap dirinya karena ibadatnya. Rasa gembira itu sudah seperti pahala yang telah diambil dari ibadatnya (karena itu, tidak ada pahala lagi).
Kadang-kadang menyembunyikan dosanya karena merasa malu jika tampak perbuatannya. Rasa malu itu bukanlah riya’. Tetapi, kadang-kadang rasa malu memang bercampur riya’. Sedangkan meninggalkan ketaatan karena takut riya’, sungguh tidak beralasan.
Al-Fudhail berkata, “Riya’ adalah meninggalkan amal karena takut riya’. Sementara amal karena tendensi terhadap orang lain adalah syirik” Seharusnya la tetap beramal dan ikhlas melakukannya. Kecuali amal yang berkaitan dengan orang banyak, seperti dalam pengadilan, kepemimpinan dan nasihat.
Apabila dirinya sudah terlibat di dalam amaliah tersebut, kemudian tidak mampu menguasai diri, bahkan condong pada nafsu, la harus berpaling dan menjauhi. Begitulah yang dilakukan kalangan salaf.
Ibadat salat dan zakat juga tidak bisa ditinggalkan, kecuali secara mendasar memang tidak diniati ibadat. Bahkan kalau semata karena riya’, ibadatnya tidak sah, dan harus ditinggalkan.
Bagi yang sudah melakukan tradisi ibadatnya, tiba-tiba muncul kekhawatiran riya’ karena hadirnya orang banyak, ibadatnya tidak boleh ditinggalkan. Hendaknya orang tersebut berjuang melawan dorongan riya’nya.
sufi news.com
Adab menjelang ajal
Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata: Sebagaimana yang saya terima dari Abu Muhammad al-Harawi -rahimahullah - yang berkata: Saya sempat bermalam di rumah asy-Syibli sebelum
esok harinya la wafat. Sepanjang malam ia membaca dua bait syair:
Setiap rumah yang engkau singgahi,
tak lagi membutuhkan lentera.
Wajahmu yang menjadi
angan-anganku
cukup sebagai alasanku,di saat manusia datang membawa berbagai alasan.
Diceritakan dari Ibnu al-Faraji - rahimahullah - yang berkata "Saya melihat seratus dua puluh kaum Sufi yang ada di sekitar Abu Turab an-Nakhsyabi. Di antara mereka tidak ada yang mati dalam keadaan fakir kecuali dua orang.” Sebagian kaum mengatakan, bahwa dua orang tersebut adalah Ibnu al Jalla’ dan Abu Ubaid al-Busri.
Diceritakan dari al-Wajihi, ketika ada sesuatu yang datang menghampiri hati Ibnu Bunan al-Mishri, maka pergi tanpa tujuan. Kemudian sahabat-sahabatnya membuntutinya hingga di tengah-tengah daerah gurun pasir yang menyesatkan di wilayah Bani Israel. la membuka kedua matanya dan melihat sahabat-sahabat yang ada di sekitarnya sembari berkata, "Menggembalalah di sini sebab ini adalah tempat menggembala para kekasih.” Dengan mengakhiri ucapannya itu ia menemui ajalnya.
Saya mendengar al-Wajihi - rahimahullah - berkata: Saya mendengar Abu Ali ar-Rudzabari - rahimahullah-bercerita: saya masuk di Mesir, lalu saya melihat orang-orang sedang berkerumun. Mereka berkata, “Kami sedang mengepung jenazah seorang pemuda yang sebelum meninggal, la mendengar suara yang mengatakan:
Besar sekali hasrat seorang hamba,
la sangat berkeinginan
melihat-Mu.
Kemudian pemuda itu berteriak dan menghembuskan nafas terakhirnya.”
Saya mendengar dari sebagian sahabat kami yang berkata: Abu Zaid - rahimahullah - sebelum ajal menjemputnya sempat berkata, “Saya tidak pernah mengingat-Mu melainkan karena kelalaianku dan Engkau tidak akan mengambilku kembali kecuali dalam waktu sekejap.”
Dikisahkan dari al-Junaid
- rahimahullah - yang berkata: Saya pernah duduk di sisi guruku, Ibnu al-Kurraini - rahimahullah - menjelang la wafat. Ia melihat ke langit, lalu berkata, “terlalu jauh.” Kemudian saya menundukkan kepala ke tanah, lalu ia berkata, “Terlalu jauh.” Maksudnya sesungguhnya Dia lebih dekat denganmu daripada engkau melihat ke langit atau ke bumi Ia memberi isyarat akan semua itu.
Al-Jariri - rahimahullah - berkata: Saya sempat menyaksikan Abu al-Qasim al Junaid ketika menjelang wafat. Ia tetap dalam keadaan bersujud. Lalu saya berkata, “Wahai Abu al-Qasim, bukankah engkau telah mencapai posisi ini dan jerih payah yang telah engkau lakukan sebagaimana yang saya lihat. Bagaimana kalau sekarang engkau beristirahat?” Lalu la menjawab, “Wahai Abu Muhammad, waktu yang sangat saya butuhkan adalah waktu sekarang ini.” la tetap dalam kondisi sujud sampai la meninggal dunia, dan saya masih menunggu di sebelahnya.
Bakran ad-Dinawari - rahimahullah - pernah mengisahkan: Saya sempat mengunjungi asy-Syibli ketika menjelang wafatnya. Ia berkata padaku, “Hati saya selalu diliputi kecemasan karena dirham yang tidak jelas, dimana saya menyedekahkan di pasar atas nama yang punya dirham tersebut. Dan tidak ada yang lebih menyibukkan pikiran saya dari perkara ini.” Lalu ia berkata “Tolong wudhuilah saya untuk melakukan shalat.” Saya pun melakukannya, tetapi saya lupa menyela-nyela jenggotnya. Sementara itu lidahnya sudah tidak mampu berbicara. Lalu ia memegang tangan saya dan dimasukkan di sela-sela jenggotnya dan kemudian wafat.
Sementara itu sebab kematian Abu al-Husain an-Nuri adalah karena la mendengar bait syair di bawah ini:
Saya tetap berdiam dalam ruang cinta-Mu,
dimana orang tak mengerti kapan lahir cinta-Mu.
Akhirnya la merasakan cintanya begitu membara, dan pergi ke padang sahara dengan tanpa tujuan sebagaimana orang yang linglung, kemudian la terjatuh di semak-semak bambu yang habis dipotong dimana sisa-sisa potongannya tajam seperti pedang. Ia berjalan di atas potongan-potongan bambu itu yang kemudian kakinya mengalirkan darah.Kemudian la dibawa pulang dan baru sampai ke rumahnya pada waktu pagi. Sementara darah masih mengucur deras dari kedua kakinya lalu ia jatuh pingsan, sampai meninggal kedua kakinya masih kelihatan bengkak.
Saya mendengar ad-Duqqi mengatakan: Kami berada di sisi Abu Bakar az-Zaqqaq - rahimahullah - di pagi hari, lalu ia berkata, “Ya Allah, berapa lama Engkau menjadikan saya tetap disini?” Sementara la belum sampai pada kalimat pertama ia keburu meninggal.
Sementara sebab kematian Ibnu Atha' - rahimahullah - adalah ketika la datang ke istana seorang menteri, kemudian disambut dengan kata-kata yang kasar. Kemudian la menegurnya, "Sedikit sopan dan halus wahai laki-laki." Akhirnya si menteri memerintahkan anak buahnya untuk memukul kepalanya dengan sepatu, sehingga la meninggal.
Ibrahim al-Khawwash wafat di masjid Jami' ar-Rayyi setelah menderita sakit perut. Ketika la bangkit dari suatu majelis kemudian ia masuk ke dalam air untuk membersihkan tubuhnya. Sekali ia masuk ke dalam air, kemudian ajal menjemputnya dan dia masih diatas genangan air.
Abu Imran al-Ushthukhri - rahimahullah - berkata: Saya melihat Abu Turab an-Nakhsyabi - rahimahullah - wafat di tengah-tengah gurun pasir dengan berdiri tanpa disangga oleh apapun.
Saya mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Atha' ar-Rudzabari berkata: Saya mendengar sebagian kaum fakir berkata: Ketika Yahya al-Ushthukhri menjelang wafat, kami duduk di sekitarnya. kemudian salah seorang di antara kami berkata kepadanya, "Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
(Saya bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah)."
Kemudian al-Ushthukhri duduk dan memegang tangan salah seorang di antara kami sembari berkata, 'Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
"Kemudian ia melepaskannya, kemudian memegang tangan yang lain yang ada di sebelahnya dan berkata, "Ucapkan Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
Kemudian melepaskannya dan memegang tangan seorang di sampingnya lagi dan berkata, Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
"Demikian seterusnya sampai masing-masing di antara kami disuruh mengucapkan kalimat syahadat. kemudian dia berbaring kembali lalu menemui ajalnya.
Sebagaimana dikisahkan kepada al Junaid, bahwa Abu Said al-Kharraz seringkali cintanya kepada Tuhan sangat membara ketika "menjelang kematiannya. Maka al-Junaid berkata, "Tidak mengherankan bila ruhnya terbang kepada-Nya karena sangat merindukan-NYa.
Demikianlah apa yang bisa kami ringkas tentang adab mereka. Sentara yang belum saya sebutkan cukup banyak. Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita.
di kutip dari sufi news.com
esok harinya la wafat. Sepanjang malam ia membaca dua bait syair:
Setiap rumah yang engkau singgahi,
tak lagi membutuhkan lentera.
Wajahmu yang menjadi
angan-anganku
cukup sebagai alasanku,di saat manusia datang membawa berbagai alasan.
Diceritakan dari Ibnu al-Faraji - rahimahullah - yang berkata "Saya melihat seratus dua puluh kaum Sufi yang ada di sekitar Abu Turab an-Nakhsyabi. Di antara mereka tidak ada yang mati dalam keadaan fakir kecuali dua orang.” Sebagian kaum mengatakan, bahwa dua orang tersebut adalah Ibnu al Jalla’ dan Abu Ubaid al-Busri.
Diceritakan dari al-Wajihi, ketika ada sesuatu yang datang menghampiri hati Ibnu Bunan al-Mishri, maka pergi tanpa tujuan. Kemudian sahabat-sahabatnya membuntutinya hingga di tengah-tengah daerah gurun pasir yang menyesatkan di wilayah Bani Israel. la membuka kedua matanya dan melihat sahabat-sahabat yang ada di sekitarnya sembari berkata, "Menggembalalah di sini sebab ini adalah tempat menggembala para kekasih.” Dengan mengakhiri ucapannya itu ia menemui ajalnya.
Saya mendengar al-Wajihi - rahimahullah - berkata: Saya mendengar Abu Ali ar-Rudzabari - rahimahullah-bercerita: saya masuk di Mesir, lalu saya melihat orang-orang sedang berkerumun. Mereka berkata, “Kami sedang mengepung jenazah seorang pemuda yang sebelum meninggal, la mendengar suara yang mengatakan:
Besar sekali hasrat seorang hamba,
la sangat berkeinginan
melihat-Mu.
Kemudian pemuda itu berteriak dan menghembuskan nafas terakhirnya.”
Saya mendengar dari sebagian sahabat kami yang berkata: Abu Zaid - rahimahullah - sebelum ajal menjemputnya sempat berkata, “Saya tidak pernah mengingat-Mu melainkan karena kelalaianku dan Engkau tidak akan mengambilku kembali kecuali dalam waktu sekejap.”
Dikisahkan dari al-Junaid
- rahimahullah - yang berkata: Saya pernah duduk di sisi guruku, Ibnu al-Kurraini - rahimahullah - menjelang la wafat. Ia melihat ke langit, lalu berkata, “terlalu jauh.” Kemudian saya menundukkan kepala ke tanah, lalu ia berkata, “Terlalu jauh.” Maksudnya sesungguhnya Dia lebih dekat denganmu daripada engkau melihat ke langit atau ke bumi Ia memberi isyarat akan semua itu.
Al-Jariri - rahimahullah - berkata: Saya sempat menyaksikan Abu al-Qasim al Junaid ketika menjelang wafat. Ia tetap dalam keadaan bersujud. Lalu saya berkata, “Wahai Abu al-Qasim, bukankah engkau telah mencapai posisi ini dan jerih payah yang telah engkau lakukan sebagaimana yang saya lihat. Bagaimana kalau sekarang engkau beristirahat?” Lalu la menjawab, “Wahai Abu Muhammad, waktu yang sangat saya butuhkan adalah waktu sekarang ini.” la tetap dalam kondisi sujud sampai la meninggal dunia, dan saya masih menunggu di sebelahnya.
Bakran ad-Dinawari - rahimahullah - pernah mengisahkan: Saya sempat mengunjungi asy-Syibli ketika menjelang wafatnya. Ia berkata padaku, “Hati saya selalu diliputi kecemasan karena dirham yang tidak jelas, dimana saya menyedekahkan di pasar atas nama yang punya dirham tersebut. Dan tidak ada yang lebih menyibukkan pikiran saya dari perkara ini.” Lalu ia berkata “Tolong wudhuilah saya untuk melakukan shalat.” Saya pun melakukannya, tetapi saya lupa menyela-nyela jenggotnya. Sementara itu lidahnya sudah tidak mampu berbicara. Lalu ia memegang tangan saya dan dimasukkan di sela-sela jenggotnya dan kemudian wafat.
Sementara itu sebab kematian Abu al-Husain an-Nuri adalah karena la mendengar bait syair di bawah ini:
Saya tetap berdiam dalam ruang cinta-Mu,
dimana orang tak mengerti kapan lahir cinta-Mu.
Akhirnya la merasakan cintanya begitu membara, dan pergi ke padang sahara dengan tanpa tujuan sebagaimana orang yang linglung, kemudian la terjatuh di semak-semak bambu yang habis dipotong dimana sisa-sisa potongannya tajam seperti pedang. Ia berjalan di atas potongan-potongan bambu itu yang kemudian kakinya mengalirkan darah.Kemudian la dibawa pulang dan baru sampai ke rumahnya pada waktu pagi. Sementara darah masih mengucur deras dari kedua kakinya lalu ia jatuh pingsan, sampai meninggal kedua kakinya masih kelihatan bengkak.
Saya mendengar ad-Duqqi mengatakan: Kami berada di sisi Abu Bakar az-Zaqqaq - rahimahullah - di pagi hari, lalu ia berkata, “Ya Allah, berapa lama Engkau menjadikan saya tetap disini?” Sementara la belum sampai pada kalimat pertama ia keburu meninggal.
Sementara sebab kematian Ibnu Atha' - rahimahullah - adalah ketika la datang ke istana seorang menteri, kemudian disambut dengan kata-kata yang kasar. Kemudian la menegurnya, "Sedikit sopan dan halus wahai laki-laki." Akhirnya si menteri memerintahkan anak buahnya untuk memukul kepalanya dengan sepatu, sehingga la meninggal.
Ibrahim al-Khawwash wafat di masjid Jami' ar-Rayyi setelah menderita sakit perut. Ketika la bangkit dari suatu majelis kemudian ia masuk ke dalam air untuk membersihkan tubuhnya. Sekali ia masuk ke dalam air, kemudian ajal menjemputnya dan dia masih diatas genangan air.
Abu Imran al-Ushthukhri - rahimahullah - berkata: Saya melihat Abu Turab an-Nakhsyabi - rahimahullah - wafat di tengah-tengah gurun pasir dengan berdiri tanpa disangga oleh apapun.
Saya mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Atha' ar-Rudzabari berkata: Saya mendengar sebagian kaum fakir berkata: Ketika Yahya al-Ushthukhri menjelang wafat, kami duduk di sekitarnya. kemudian salah seorang di antara kami berkata kepadanya, "Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
(Saya bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah)."
Kemudian al-Ushthukhri duduk dan memegang tangan salah seorang di antara kami sembari berkata, 'Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
"Kemudian ia melepaskannya, kemudian memegang tangan yang lain yang ada di sebelahnya dan berkata, "Ucapkan Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
Kemudian melepaskannya dan memegang tangan seorang di sampingnya lagi dan berkata, Ucapkan, Ashaddu alla Ilaa Ha Ila Allah
"Demikian seterusnya sampai masing-masing di antara kami disuruh mengucapkan kalimat syahadat. kemudian dia berbaring kembali lalu menemui ajalnya.
Sebagaimana dikisahkan kepada al Junaid, bahwa Abu Said al-Kharraz seringkali cintanya kepada Tuhan sangat membara ketika "menjelang kematiannya. Maka al-Junaid berkata, "Tidak mengherankan bila ruhnya terbang kepada-Nya karena sangat merindukan-NYa.
Demikianlah apa yang bisa kami ringkas tentang adab mereka. Sentara yang belum saya sebutkan cukup banyak. Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita.
di kutip dari sufi news.com
Rabu, 12 Mei 2010
Tanda2 kiamat.
1) Penaklukan Baitulmuqaddis
Dari Auf b. Malik r.a. katanya,Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Aku menghitung 6 perkara menjelang hari kiamat." Baginda menyebutkan salah 1) diantaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari
2) Zina merajalela.
"Dan tinggallah manusia2 yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keledai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim
3) merajalela alat musik.
"Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan & perubahan muka."
Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda
menjawab; "Apabila telah merajalela bunyian (musik) & penyanyi2 wanita" -Ibnu Majah
4) Menghias masjid & membanggakannya.
"Di antara tanda2 telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegahan dalam mendirikan masjid" -
Riwayat Nasai.
~ terlihat sudah masjid2 besar tanpa jamaah...
5) Munculnya kekejian, memutuskan kerabat & hubungan dengan tetangga tidak baik.
"Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan & perkataan keji, memutuskan hubungan
silaturahim & sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim.
~ ada anak tak mengakui orang tua karena malu
6) Ramai orang soleh meninggal dunia.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang2 yang baik & ahli agama di
muka bumi,maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang2 yang hina & buruk yang tidak
mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran" - Riwayat Ahmad
7) Orang yang hina mendapat kedudukan terhormat.
"Di antara tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin
Luka'(orang yang bodoh & hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang
beriman yang diapit oleh 2 orang mulia" - Riwayat Thabrani
8) Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja.
"Sesungguhnya di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau
mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad
9) Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. "Di antara anda2 telah hari kiamat ialah akan muncul pakaian2 wanita & apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang".
~ Pakaian zaman sekarang ini (tube, spaghetti strap, g-string etc etc)
10) Bulan sabit kelihatan besar.
"Di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani
11) Banyak dusta & tidak tepat dalam menyampaikan berita.
"Pada akhir zaman akan muncul pembohong2 besar yang datang kepadamu dengan membawa berita2
yang belum pernah kamu dengar & belum pernah didengar oleh bapa2 kamu sebelumnya, kerana
itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu & memfitnahmu"
- Sahih Muslim -
12) Banyak saksi palsu & menyimpan kesaksian yang benar.
"Sesungguhnya sebelum datang-nya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu & disembunyikan kesaksian yang benar." -Riwayat Ahmad
13) Negara Arab menjadi padang rumput & sungai.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput & sungai2" - Sahih Muslim
Dari Auf b. Malik r.a. katanya,Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Aku menghitung 6 perkara menjelang hari kiamat." Baginda menyebutkan salah 1) diantaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari
2) Zina merajalela.
"Dan tinggallah manusia2 yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keledai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim
3) merajalela alat musik.
"Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan & perubahan muka."
Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda
menjawab; "Apabila telah merajalela bunyian (musik) & penyanyi2 wanita" -Ibnu Majah
4) Menghias masjid & membanggakannya.
"Di antara tanda2 telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegahan dalam mendirikan masjid" -
Riwayat Nasai.
~ terlihat sudah masjid2 besar tanpa jamaah...
5) Munculnya kekejian, memutuskan kerabat & hubungan dengan tetangga tidak baik.
"Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan & perkataan keji, memutuskan hubungan
silaturahim & sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim.
~ ada anak tak mengakui orang tua karena malu
6) Ramai orang soleh meninggal dunia.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang2 yang baik & ahli agama di
muka bumi,maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang2 yang hina & buruk yang tidak
mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran" - Riwayat Ahmad
7) Orang yang hina mendapat kedudukan terhormat.
"Di antara tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin
Luka'(orang yang bodoh & hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang
beriman yang diapit oleh 2 orang mulia" - Riwayat Thabrani
8) Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja.
"Sesungguhnya di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau
mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad
9) Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. "Di antara anda2 telah hari kiamat ialah akan muncul pakaian2 wanita & apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang".
~ Pakaian zaman sekarang ini (tube, spaghetti strap, g-string etc etc)
10) Bulan sabit kelihatan besar.
"Di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani
11) Banyak dusta & tidak tepat dalam menyampaikan berita.
"Pada akhir zaman akan muncul pembohong2 besar yang datang kepadamu dengan membawa berita2
yang belum pernah kamu dengar & belum pernah didengar oleh bapa2 kamu sebelumnya, kerana
itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu & memfitnahmu"
- Sahih Muslim -
12) Banyak saksi palsu & menyimpan kesaksian yang benar.
"Sesungguhnya sebelum datang-nya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu & disembunyikan kesaksian yang benar." -Riwayat Ahmad
13) Negara Arab menjadi padang rumput & sungai.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput & sungai2" - Sahih Muslim
Shalat Itu Bikin Otak Kita Sehat...
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia), sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist Riwayat Tabrani.
Sholat itu Bikin Otak Kita Sehat "Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah" (Q.S Al Kautsar:2)
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ?
Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya didalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.
Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membukasebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf didalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.
Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf didalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.
Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan Secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.
"Anda ingin beramal shaleh...? Tolong kirimkan kepada rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal
Sholat itu Bikin Otak Kita Sehat "Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah" (Q.S Al Kautsar:2)
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ?
Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya didalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.
Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membukasebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf didalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.
Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf didalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.
Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan Secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.
"Anda ingin beramal shaleh...? Tolong kirimkan kepada rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal
Skenario Kiamat dalam Fisika
: Kiamat di Bumi
Kiamat, adalah sebuah keniscayaan, baik dalam ranah agama maupun sains. Dalam Islam setiap muslim wajib beriman kepada kiamat. Al Quran dan hadits memberikan panduan kepada kita tentang tanda-tanda, dahsyat, dan keadaan kiamat itu. Namun, Allah tidak memberi tahu kepada kita kapan pastinya kiamat itu seperti pada surat Al A’raaf (7:187):
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadinya?”
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskannya waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat itu) sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.”
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) seakan-akan kamu mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) itu pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Keniscayaan terjadinya kiamat juga diamini oleh Fisika. Model Alam Semesta menyaratkan adanya terjadi kiamat (kehancuran), hanya saja dalam Fisika setidak-tidaknya ada tiga jenis kiamat: kiamat di Bumi, kiamat di Tata Surya, dan kiamat di Alam Semesta. Pada tulisan pertama ini akan dibahas tentang kiamat di Bumi.
Kiamat di Bumi
Fisik Bumi
Bumi sampai sekarang adalah satu-satunya planet yang dihuni oleh makhluk hidup dari level rendah (seperti amuba) sampai tinggi (seperti manusia). Dari luar angkasa Bumi terlihat biru (disebut juga planet Biru), tenang dan damai — walaupun polusi sudah sangat parah terjadi di Bumi. Tidak seorang astronotpun yang pergi ke angkasa tidak rindu untuk balik ke Bumi.
Berdasarkan model yang ada, Bumi kita sudah berumur sekitar 4,54 biliun tahun (1 biliun adalah 109). Radiusnya ~6x106 meter dengan massa ~6x1024 kg yang memberi Bumi potensial gravitasi yang kuat untuk tetap berjalan diorbitnya mengelilingi Matahari dan pada waktu bersamaan memegang Bulan untuk mengorbit mengelilinginya.
Ada air yang menutupi ~70% permukaan Bumi yang menjadikan Bumi satu-satunya planet yang memungkinkan untuk ditinggali. Bumi juga memiliki atmosphere yang berlapis-lapis dan sebagian besar dari nitrogen dan oksigen dengan komposisi yang sangat mengagumkan — jika komposisi penyusun atmosfir tidak seperti yang kita punya sekarang, atmosfir bisa meracuni paru-paru kita. Atmosfir selain untuk cadangan udara bernapas, juga untuk melindungi Bumi dari hempasan batu-batu meteor. Bumi juga mengeluarkan medan magnet yang juga menjadi tameng dari efek-efek radiasi yang berasal dari luar angkasa.
Lapisan Bumi
Ilustrasi lapisan Bumi.
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan. Secara umum lapisan Bumi bisa dikategorikan dalam tiga bagian: inti (core), mantel (mantle), dan kerak(crust).
Inti Bumi terbentuk saat Bumi terbentuk pertama kali. Dengan ketebalan ~3500 km, ~30% massa Bumi terdapat pada inti ini. Komposisi inti didominasi oleh zat besi (Fe): inti bagian dalam (inner core) adalah besi padat, sedangkan inti luar (outer core) adalah besi cair. Inti luar ini mengontrol Magnet Bumi.
Bagian berikutnya adalah mantel yang berupa batu-batu keras dari silikat (senyawa silikon dan oksigen). Ketebalannya 12.900 Km, sangat tebal. Mantel bagian luar (upper mantle, disebut juga asthenosphere) berupa batu-batu cair (disebut magma) yang sangat panas dan mengalir — panas Bumi berasal dari bagian ini. Pergerakkan magma ini kemudian sanggup menggerakkan bagian lithospere (kulit Bumi). Inilah cikal bakal gempa.
Lempeng Bumi
Lapisan terluar adalah kulit bumi tempat kita “menempel” berupa lempengan-lempangan (plates). Lempengan kulit ini pada dasarnya “mengapung” di atas magma — gunung-gunung yang berada di kulit Bumi berfungsi seperti paku untuk menancapkan lempengan tersebut untuk tidak bergerak terlalu drastis.
Lempeng Bumi memberikan wajah Bumi seperti yang kita miliki sekarang. Tapi karena lempeng Bumi terus bergerak — karena pergerakan magma — wajah Bumi pun terus-menerus berubah, memang tidak dalam waktu yang sebentar. Dulunya Bumi hanya punya satu benua besar, sebelum akhirnya terurai menjadi lima benua seperti yang kita miliki sekarang. Dan mungkin, dalam ratusan tahun ke depan ada pulau yang hilang atau muncul, atau malah mungkin ada benua yang berubah.
Lempengan ini tidak satu utuh seperti kulit bola, tapi terpecah-pecah seperti kulit jeruk yang sudah dikupas dan ditempelkan lagi satu sama lain. Pecahan-pecahan lempengan disebut tektonik. Sambungan lempengan-lempangan membentuk semacam garis di permukaan Bumi, antara lain lempengan Afrika, Antartika, Australia, Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan lempengan Pasifik.
Sambungan lempengan tersebut ada yang membentuk garis (lihat gambar), di mana pada daerah ini sangat rawan gempa — 90% gempa di Bumi terjadi berasal dari pertemuan lempeng di garis ini. Garis ini disebut juga “cincin api” (ring of fire), dan Indonesia dilewati oleh garis-cincin ini!
Gempa Bumi
Lempengan tektonik tertahan sedemikian rupa sehingga sanggup melawan pergerakan magma di bawahnya. Namun sangat memungkinkan jika kemudian lempengan tersebut bergerak relatif terhadap lempengan yang lain, sehingga dua lempeng bisa saling mendekat (sampai berbenturan), menjauh, atau bergesekan dengan arah paralel. Ini semua menimpulkan getaran keras yang merambat sampai ke permukaan tanah yang kemudian disebut gempa.
Gempa mungkin diikuti oleh empat hal: terbuatnya lembah atau gunung baru, meletusnya gunung, keluarnya magma dari perut Bumi (magma yang sudah keluar dari perut Bumi disebut lava), dan terakhir jika terjadi di dasar laut mengakibatkan tsunami.
Pergerakan magma yang terus menerus membuat kulit Bumi selalu dalam proses evolusi. Konsekuensinya potensi gempa selalu tinggi untuk terjadi. Gempa sudah terjadi semenjak Bumi terbentuk dan akan terus terjadi. Gempa-gempa kecil selalu terjadi di sepanjang cincin-api, gempa besar memang jarang tapi terjadi secara berulang (berperiodik).
Kerusakan gempa pada sebuah kota tidak hanya bergantung pada kekuatan gempa (biasanya diukur oleh satuan Skala Richter, SR), tapi juga seberapa jauh kota tersebut dari pusat gempa (episentrum) dan bagaimana tanah itu bergetar. Karena alasan itu gempa di Jogja pada Mei 2006 yang “hanya” berskala ~5.5 SR relatif lebih menghancurkan daripada gempa di Bengkulu September 2007 kemarin.
Bahaya sekunder gempa (seperti gunung meletus dan tsunami) juga tidak kalah berbahayanya. Masih jelas ingatan kita kedahsyatan tsunami di Aceh akhir tahun 2005 dan kemudian di Pangadaran di awal tahun 2006. Atau bagaimana dahsyatnya (walau kita hanya mendapatkan ceritanya saja) letusan gunung Krakatau pada tahun 1889, menyemburkan batu-batu besar baik berupa cair (lava) dan padat. Di kampung ayah saya, Pasir laweh (Batu Sangkar, Sumatera Barat), masih bisa disaksikan bongkahan-bongkahan batu sebesar rumah tipe 45 bertingkat dua yang berasal dari letusan gunung Merapi pada tahun 1975.
Gempa dan bahaya sekunder gempa lainnya sangat berpotensi menghabiskan umat manusia dan segala peradabannya. Kita tahu tapi sampai sekarang kita tidak mampu berbuat apa-apa. Kalau sekarang kita sudah sanggup dengan baik memprediksi iklim dan cuaca (termasuk memperkirakan kedatangan angin topan) dan juga sudah punya cara meminimalisir kerugian badai, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap gempa. Ilmu dan teknologi kita belum sanggup untuk memprediksi gempa, apa lagi mengatasi gempa. Jika gempa terjadi, hanya diam yang bisa kita lakukan. Jelas sekali ketidakberdayaan manusia di sini.
Artikel terkait di febdian.net: Gempa: Bagaimana, Mengapa, dan Apa
Gempa dan Gravitasi
Saya belum menemukan literatur yang membahas tentang pengaruh gempa pada gravitasi di permukaan Bumi. Namun, saya berpendapat (hipotesis) bahwa ada perubahan kerapatan gravitasi yang terjadi pada wilayah yang terjadinya gempa.
Jika pada kondisi normal (tidak gempa) gaya gravitasi Bumi seragam menuju ke pusat Bumi, tidak demikian adanya pada kondisi gempa. Ketidakseragaman ini membuat kita kehilangan keseimbangan, baik kita sedang menyentuh tanah atau tidak. Jika ketidakseragaman ini besar, mungkin mampu menggeser objek-objek yang berat seperti gunung sekalipun.
Ini adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti. Mungkin ada para pembaca yang tertarik untuk melakukan riset ini, saya tidak keberatan untuk bergabung.
Apa Kata Al Quran
Sura Az-Zilzal (99)
Apabila Bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat.
Dan Bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.
Surat Al-Qariah (101)
Hari kiamat,
Apakah hari kiamat itu?
Dan tahukah kamu apa hari kiamat itu?
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan,
Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Febdian Rusydi's blog •
Kiamat, adalah sebuah keniscayaan, baik dalam ranah agama maupun sains. Dalam Islam setiap muslim wajib beriman kepada kiamat. Al Quran dan hadits memberikan panduan kepada kita tentang tanda-tanda, dahsyat, dan keadaan kiamat itu. Namun, Allah tidak memberi tahu kepada kita kapan pastinya kiamat itu seperti pada surat Al A’raaf (7:187):
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadinya?”
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskannya waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat itu) sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.”
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) seakan-akan kamu mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) itu pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Keniscayaan terjadinya kiamat juga diamini oleh Fisika. Model Alam Semesta menyaratkan adanya terjadi kiamat (kehancuran), hanya saja dalam Fisika setidak-tidaknya ada tiga jenis kiamat: kiamat di Bumi, kiamat di Tata Surya, dan kiamat di Alam Semesta. Pada tulisan pertama ini akan dibahas tentang kiamat di Bumi.
Kiamat di Bumi
Fisik Bumi
Bumi sampai sekarang adalah satu-satunya planet yang dihuni oleh makhluk hidup dari level rendah (seperti amuba) sampai tinggi (seperti manusia). Dari luar angkasa Bumi terlihat biru (disebut juga planet Biru), tenang dan damai — walaupun polusi sudah sangat parah terjadi di Bumi. Tidak seorang astronotpun yang pergi ke angkasa tidak rindu untuk balik ke Bumi.
Berdasarkan model yang ada, Bumi kita sudah berumur sekitar 4,54 biliun tahun (1 biliun adalah 109). Radiusnya ~6x106 meter dengan massa ~6x1024 kg yang memberi Bumi potensial gravitasi yang kuat untuk tetap berjalan diorbitnya mengelilingi Matahari dan pada waktu bersamaan memegang Bulan untuk mengorbit mengelilinginya.
Ada air yang menutupi ~70% permukaan Bumi yang menjadikan Bumi satu-satunya planet yang memungkinkan untuk ditinggali. Bumi juga memiliki atmosphere yang berlapis-lapis dan sebagian besar dari nitrogen dan oksigen dengan komposisi yang sangat mengagumkan — jika komposisi penyusun atmosfir tidak seperti yang kita punya sekarang, atmosfir bisa meracuni paru-paru kita. Atmosfir selain untuk cadangan udara bernapas, juga untuk melindungi Bumi dari hempasan batu-batu meteor. Bumi juga mengeluarkan medan magnet yang juga menjadi tameng dari efek-efek radiasi yang berasal dari luar angkasa.
Lapisan Bumi
Ilustrasi lapisan Bumi.
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan. Secara umum lapisan Bumi bisa dikategorikan dalam tiga bagian: inti (core), mantel (mantle), dan kerak(crust).
Inti Bumi terbentuk saat Bumi terbentuk pertama kali. Dengan ketebalan ~3500 km, ~30% massa Bumi terdapat pada inti ini. Komposisi inti didominasi oleh zat besi (Fe): inti bagian dalam (inner core) adalah besi padat, sedangkan inti luar (outer core) adalah besi cair. Inti luar ini mengontrol Magnet Bumi.
Bagian berikutnya adalah mantel yang berupa batu-batu keras dari silikat (senyawa silikon dan oksigen). Ketebalannya 12.900 Km, sangat tebal. Mantel bagian luar (upper mantle, disebut juga asthenosphere) berupa batu-batu cair (disebut magma) yang sangat panas dan mengalir — panas Bumi berasal dari bagian ini. Pergerakkan magma ini kemudian sanggup menggerakkan bagian lithospere (kulit Bumi). Inilah cikal bakal gempa.
Lempeng Bumi
Lapisan terluar adalah kulit bumi tempat kita “menempel” berupa lempengan-lempangan (plates). Lempengan kulit ini pada dasarnya “mengapung” di atas magma — gunung-gunung yang berada di kulit Bumi berfungsi seperti paku untuk menancapkan lempengan tersebut untuk tidak bergerak terlalu drastis.
Lempeng Bumi memberikan wajah Bumi seperti yang kita miliki sekarang. Tapi karena lempeng Bumi terus bergerak — karena pergerakan magma — wajah Bumi pun terus-menerus berubah, memang tidak dalam waktu yang sebentar. Dulunya Bumi hanya punya satu benua besar, sebelum akhirnya terurai menjadi lima benua seperti yang kita miliki sekarang. Dan mungkin, dalam ratusan tahun ke depan ada pulau yang hilang atau muncul, atau malah mungkin ada benua yang berubah.
Lempengan ini tidak satu utuh seperti kulit bola, tapi terpecah-pecah seperti kulit jeruk yang sudah dikupas dan ditempelkan lagi satu sama lain. Pecahan-pecahan lempengan disebut tektonik. Sambungan lempengan-lempangan membentuk semacam garis di permukaan Bumi, antara lain lempengan Afrika, Antartika, Australia, Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan lempengan Pasifik.
Sambungan lempengan tersebut ada yang membentuk garis (lihat gambar), di mana pada daerah ini sangat rawan gempa — 90% gempa di Bumi terjadi berasal dari pertemuan lempeng di garis ini. Garis ini disebut juga “cincin api” (ring of fire), dan Indonesia dilewati oleh garis-cincin ini!
Gempa Bumi
Lempengan tektonik tertahan sedemikian rupa sehingga sanggup melawan pergerakan magma di bawahnya. Namun sangat memungkinkan jika kemudian lempengan tersebut bergerak relatif terhadap lempengan yang lain, sehingga dua lempeng bisa saling mendekat (sampai berbenturan), menjauh, atau bergesekan dengan arah paralel. Ini semua menimpulkan getaran keras yang merambat sampai ke permukaan tanah yang kemudian disebut gempa.
Gempa mungkin diikuti oleh empat hal: terbuatnya lembah atau gunung baru, meletusnya gunung, keluarnya magma dari perut Bumi (magma yang sudah keluar dari perut Bumi disebut lava), dan terakhir jika terjadi di dasar laut mengakibatkan tsunami.
Pergerakan magma yang terus menerus membuat kulit Bumi selalu dalam proses evolusi. Konsekuensinya potensi gempa selalu tinggi untuk terjadi. Gempa sudah terjadi semenjak Bumi terbentuk dan akan terus terjadi. Gempa-gempa kecil selalu terjadi di sepanjang cincin-api, gempa besar memang jarang tapi terjadi secara berulang (berperiodik).
Kerusakan gempa pada sebuah kota tidak hanya bergantung pada kekuatan gempa (biasanya diukur oleh satuan Skala Richter, SR), tapi juga seberapa jauh kota tersebut dari pusat gempa (episentrum) dan bagaimana tanah itu bergetar. Karena alasan itu gempa di Jogja pada Mei 2006 yang “hanya” berskala ~5.5 SR relatif lebih menghancurkan daripada gempa di Bengkulu September 2007 kemarin.
Bahaya sekunder gempa (seperti gunung meletus dan tsunami) juga tidak kalah berbahayanya. Masih jelas ingatan kita kedahsyatan tsunami di Aceh akhir tahun 2005 dan kemudian di Pangadaran di awal tahun 2006. Atau bagaimana dahsyatnya (walau kita hanya mendapatkan ceritanya saja) letusan gunung Krakatau pada tahun 1889, menyemburkan batu-batu besar baik berupa cair (lava) dan padat. Di kampung ayah saya, Pasir laweh (Batu Sangkar, Sumatera Barat), masih bisa disaksikan bongkahan-bongkahan batu sebesar rumah tipe 45 bertingkat dua yang berasal dari letusan gunung Merapi pada tahun 1975.
Gempa dan bahaya sekunder gempa lainnya sangat berpotensi menghabiskan umat manusia dan segala peradabannya. Kita tahu tapi sampai sekarang kita tidak mampu berbuat apa-apa. Kalau sekarang kita sudah sanggup dengan baik memprediksi iklim dan cuaca (termasuk memperkirakan kedatangan angin topan) dan juga sudah punya cara meminimalisir kerugian badai, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap gempa. Ilmu dan teknologi kita belum sanggup untuk memprediksi gempa, apa lagi mengatasi gempa. Jika gempa terjadi, hanya diam yang bisa kita lakukan. Jelas sekali ketidakberdayaan manusia di sini.
Artikel terkait di febdian.net: Gempa: Bagaimana, Mengapa, dan Apa
Gempa dan Gravitasi
Saya belum menemukan literatur yang membahas tentang pengaruh gempa pada gravitasi di permukaan Bumi. Namun, saya berpendapat (hipotesis) bahwa ada perubahan kerapatan gravitasi yang terjadi pada wilayah yang terjadinya gempa.
Jika pada kondisi normal (tidak gempa) gaya gravitasi Bumi seragam menuju ke pusat Bumi, tidak demikian adanya pada kondisi gempa. Ketidakseragaman ini membuat kita kehilangan keseimbangan, baik kita sedang menyentuh tanah atau tidak. Jika ketidakseragaman ini besar, mungkin mampu menggeser objek-objek yang berat seperti gunung sekalipun.
Ini adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti. Mungkin ada para pembaca yang tertarik untuk melakukan riset ini, saya tidak keberatan untuk bergabung.
Apa Kata Al Quran
Sura Az-Zilzal (99)
Apabila Bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat.
Dan Bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.
Surat Al-Qariah (101)
Hari kiamat,
Apakah hari kiamat itu?
Dan tahukah kamu apa hari kiamat itu?
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan,
Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Febdian Rusydi's blog •
Langganan:
Postingan (Atom)